Penulis
Intisari-Online.com – Kabar mengejutkan datang dari mantan kiper nomor satu dunia, Iker Casillas.
Kiper yang saat ini memperkuat FC Porto dilaporkan mengalami serangan jantung saat berlatih dengan timnya pada Rabu (1/5/2019) waktu setempat.
Kabar tersebut langsung disampaikan secara resmi oleh Porto.
Namun menurut klub asal Portugal ini, kondisi kiper berusia 37 tahun tersebut sudah baik-baik saja dan sudah berada di rumah sakit.
Baca Juga : Catat! Ini Perubahan Periode Menstruasi pada Wanita Usia 20, 30, dan 40 Tahun
"Sesi latihan langsung dihentikan sehingga bantuan medis dapat diberikan kepada sang penjaga gawang yang saat ini berada di Rumah Sakit CUF Porto," demikian pernyataan resmi klub.
"Casillas baik-baik saja, stabil, dan masalah pada jantungnya telah teratasi."
Sejumlah doa pun mengalir untuk eks kapten Timnas Spanyol dan Real Madrid ini. Dari para pemain bola lainnya serta penggemarnya di seluruh dunia.
Seperti diketahui bersama, ada beberapa pemain sepakbola yang pernah terkena serangan jantung.
Salah satunya adalah Davide Astori, yang ditemukan meninggal di kamar hotelnya akibat serangan jantung.
Serangan jantung memang dikenal sebagaisilent killerbagi atlet, termasuk pesepak bola.
Bukan tanpa alasan serangan jantung disebut silent killer, sebab, penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun.
Penyakit itu bisa menyerang kapan saja sekalipun para pemain rutin menjaga kebugaran tubuhnya.
Penjelasan tersebut berdasarkan laporan Owen Anderson dalam artikelnya yang berjudul “Heart Attack Risks Are Greater For Athletes Who Compete In Endurance Sports”.
Baca Juga : Untuk Calon Orangtua, Ini 7 Tanda Jika Waktu Persalinan Semakin Dekat
Dalam laporannya, Owen menyebutkan bahwa 1 dari 50.000 atlet olahraga ketahanan berisiko tinggi mengalamiseranganjantung.
Penemuan ini diperoleh setelah meneliti kandungan enzim cardiac troponin I pada 38 atlet sepeda yang mengikuti kompetisi Tyrolean Otztaler Radmarathon pada 1999.
Enzim cardiac troponin adalah enzim yang lazim terkandung dengan jumlah yang tinggi pada darah seseorang yang terdeteksi mengalamiseranganjantung.
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan cardiac troponin I meningkat pada 13 pesepeda (34%) setelah mengikuti kompetisi tersebut.
Faktor-faktor yang menjadi pemicunya antara lain usia (semakin muda, semakin “buruk”), catatan waktu (makin cepat, risiko bertambah tinggi), dan jarak yang ditempuh saat latihan.
Melakukan latihan dan pertandingan dengan volume tinggi menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan myocardial.
Menurut Owen, ini berlaku pula pada atletsepakbola.
Ingat, pesepak bola profesional rata-rata menempuh total 9-12 km per pertandingan.
Belum lagi banyaknya aktivitas di lapangan, seperti sprint. Bila dikalkulasi, pesepak bola bisa melakukan sprint sejauh 2,1 km.
Ini tentunya mengeluarkan banyak energi.
“Sepak bola tidak ubahnya dengan olahraga lain. Olahraga ini membutuhkan mobilitas tinggi.”
“Itu membuat para pemain mengeluarkan energi lebih banyak,” kata Owen, dilansir sportinglife yang dikutip dari tribunnews.com pada Kamis (2/5/2019).
Baca Juga : Kisah Gadis Berusia 4 Tahun yang Berhasil Sembuh dari Kanker Langka Stadium 4
Berdasarkan data tersebut, pemainsepakbolamemiliki risiko yang sama tingginya untuk terkenaseranganjantung.
Bahkan, mungkin pesepak bola profesional memiliki risiko lebih tinggi lagi.
Hal ini diakibatkan intensitas latihan dan pertandingan yang dilakoninya jauh lebih tinggi.
Contoh pemain profesional umumnya bermain sekali dalam sepekan.
Bandingkan dengan maraton yang memiliki aturan membatasi atletnya bertanding hanya dua kali dalam setahun.
Risiko lain yang berpotensi menyerang pesepak bola adalah Alzheimer. Namun biasanya penyakit ini biasanya menyerang petinju.
Mereka kesulitan bergerak karena sarafnya terganggu akibat sering terkena pukulan.
Pesepak bola juga tidak jauh berbeda dengan petinju. Pasalnya,mereka sering mengalami benturan fisik.
Kepala juga kerap terkena benturan saat duel udara, menghalau, atau menyundul bola.
Bila kondisi itu terjadi terus-menerus dalam waktu lama, bisa merusak sistem saraf,khususnya yang mengatur motorik.
Karena itu, setiap klub semestinya waspada dengan kondisi kesehatan pemainnya.
Apalagi, mereka adalahasetbesar klub untuk menjadi juara.
Baca Juga : Era Baru Jepang, Putra Mahkota Naruhito Resmi Jadi Kaisar Jepang!