Penulis
Intisari-Online.com - Dari tahun 1950-an hingga 1970-an, kelangsungan hidup Israel selalu menjadi sasaran ancaman perang yang berkelanjutan.
Negara-negara tetangganya tidaklah bersahabat.
Israel dikeliingi musuh besar yang didukung oleh negara adidaya bersenjata nuklir.
Pengaturan strategis yang berbahaya ini menghasilkan tiga perang besar.
Salah satunya adalah Perang Yom Kippur tahun 1973.
Salah satu cara Israel engatasi masalahnya adalah dengan membangun aliansi dengan kekuatan global.
Pertama Prancis, kemudian Amerika Serikat.
Prancis kemudian membantu Israel untuk memperbaiki persenjataan nuklirnya.
Baca Juga : Foto Viral: Tatapan Pilu Bocah Ojek Payung yang Basah Kuyup Melihat Seorang Bapak Payungi Anaknya
Namun aliansi dan persenjataan saja tidak cukup.
Israel harus membangun persahabatan lebih luas lagi dengan para tetangga dan musuhnya.
Hasilnya adalah Doktrin Pinggiran, yakni saat Israel mencari kerja sama dengan negara-negara non-Arab seperti Turki dan Iran untuk bekerja melawan tetangga-tetangga Arab.
Seperti yang dicatat oleh Yossi Alpher, seorang ahli strategi Israel dan mantan perwira intelijen, Israel juga berhubungan dengan negara pinggiran lainnya.
Termasuk dengan Sudan dan Ethiopia, yang kontrolnya terhadap hulu sungai Nil mengancam Mesir.
Lalu dengan man dan Maroko, lalu dengan elompok minoritas yang terkepung seperti orang Kurdi di Irak atau orang Kristen Maronit di Lebanon.
Baca Juga : Di Desa Trunyan, Mayat-mayat 'Diletakkan Begitu Saja' di Bawah Pohon Menyan Tanpa Dikubur
Namun jatuhnya sekutu pinggiran seperti Iran dan terjadinya perjanjian damai dengan Mesir serta Yordania, membuat keamanan dan Doktrin Pinggiran itu usang.
Tetapi pada waktunya, ancaman baru bagi Israel akan muncul: Iran.
Dan, dalam salah satu ironi besar dalam sejarah, Iran sendiri memiliki strategi yang mirip dengan Doktrin Pinggiran Israel.
Doktrin Pinggiran Iran
Baca Juga : Tewaskan Jutaan Orang, Ini 4 Realita Kehidupan di Bawah Rezim Brutal Pol Pot
Iran tidak sepenuhnya terputus dari tetangganya seperti Israel pada waktu itu dan Iran juga memiliki opsi untuk membangun aliansi di pinggiran Arab.
Kemitraan mereka yang paling terkenal adalah dengan Houthi di Yaman.
Namun upaya Iran untuk meminjam Doktrin Pinggiran Israel berada di bawah tekanan yang meningkat.
Keterasingannya di wilayah ini semakin dalam dan hubungan dengan tetangga-tetangga Teluk semakin menurunkan hubungan.
Lebih jauh,Iran tidak memiliki mitra kekuatan besar yang dalam dan dapat dipercaya.
Dan bahkan jika itu bisa terwujud, infrastruktur kritis dan kemampuan militer Iran harus ditangani terlebih dahulu sebelum dapat mendekati kekuatan unilateral gaya Israel.
Baca Juga : Dipercaya Ampuh Obati Penyakit Tifus, Kapsul Cacing Justru 'Dicurigai' oleh Dokter