Penulis
Intisari-Online.com - Ani Yudhoyono atau Kristiani Herawati, istri Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono diketahui tengah mengidap kanker darah.
SBY sendiri mengatakan bahwa istrinya sedang dirawat intensif di National University Hospital Singapura.
Ibu Ani telah dirawat sejak 2 Februari atas rekomendasi tim dokter kepresidenan Indonesia.
"Dengan rasa prihatin, saya sampaikan kepada para sahabat di Tanah Air, Ibu Ani mengalami blood cancer atau kanker darah," kata SBY dari Singapura sebagaimana dilansir pada laman Kompas.com, Rabu (13/2).
Baca Juga : 10 Tahapan Pembukaan saat Proses Melahirkan, Ini yang Terjadi pada Tubuh Ibu dan Bayi
Di usia 66 tahun, Ani Yudhoyono justru divonis kanker darah padahal selama ini terlihat begitu aktif menjalani kegiatan yang padat.
Sementara faktor-faktor penyebab kanker sendiri dapat disebabkan oleh berbagai macam termasuk genetik, lingkungan, dan makanan, apakah stres juga dapat sebabkan kanker?
Bisakah Stres Menyebabkan Kanker?
Baca Juga : Begadang Sambil Main Ponsel pada Tengah Malam, Pria 19 Tahun Ini Berakhir dengan Penyakit Mengerikan
Selama bertahun-tahun, banyak penelitian ilmiah telah mencoba menentukan apakah stres dapat menyebabkan kanker, atau membuatnya tumbuh lebih cepat.
Ketika tubuh sedang stres, ia melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.
Yakni hormon yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi tertekan (tidak berfungsi dengan baik).
Itulah sebabnya Anda mungkin memperhatikan bahwa kadang-kadang dalam hidup Anda ketika Anda berada di bawah banyak tekanan, Anda terserang penyakit.
Para ilmuwan percaya bahwa penekanan sistem kekebalan ini dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap kanker seperti limfoma.
Baru-baru ini, para peneliti mulai menyelidiki hubungan antara stres dan genetika.
Baca Juga : Ini 8 Cara Terbaik Disiplinkan Anak, Tanpa Sedikitpun Memarahinya
Mereka telah menemukan bahwa situasi yang menekan dapat menyebabkan gen tertentu menjadi aktif dan yang lain dinonaktifkan, yang mengarah pada perubahan yang berpotensi berdampak pada pertumbuhan kanker.
Stres dan Hasil
Studi lain yang diterbitkan dari Ohio State University pada September 2010 menyelidiki dampak stres, baik psikologis maupun fisik, pada hasil pengobatan kanker.
Para peneliti ini telah menemukan bahwa stres dalam tubuh, termasuk latihan intensitas tinggi, mengaktifkan protein yang disebut heat shock factor-1 yang pada gilirannya mengaktifkan protein lain yang disebut Hsp27.
Baca Juga : Daftar Camilan Favorit Ani Yudhoyono Sebelum Derita Kanker Darah, Apakah Jadi Penyebab Kanker?
Kehadiran Hsp27 telah terbukti berpotensi melindungi sel-sel kanker dari kematian, bahkan setelah DNA mereka telah dirusak oleh radiasi atau kemoterapi.
Meskipun garis penelitian ini menarik, ini juga dapat membingungkan dan sulit untuk ditafsirkan.
Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat stres yang berbeda-beda, jadi bagaimana mungkin untuk memiliki 'kontrol' kelompok?
Karena alasan ini, hubungan langsung antara efek stres dan kanker tidak dapat dibuktikan.
Baca Juga : Berbanggalah, Indonesia Menempati Posisi 6 Negara Paling Indah Di Dunia!
Baru-baru ini, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa stres dapat merusak dengan memengaruhi jalur pensinyalan yang terlibat dalam perkembangan dan penyebaran (metastasis) kanker.
Manajemen stres
Mengetahui bahwa selain mempengaruhi kualitas hidup, stres mungkin berdampak pada hasil Anda dengan kanker, manajemen stres lebih penting dari sebelumnya bagi orang yang hidup dengan penyakit ini.
Beberapa teknik pikiran/ tubuh telah ditemukan untuk membantu mengelola stres pada pasien kanker.
Misalnya, yoga untuk pasien kanker, meditasi untuk pasien kanker, pijat untuk pasien kanker, dan qigong untuk pasien kanker dapat membantu mengelola stres sambil juga membantu dengan beberapa efek menjengkelkan lainnya mulai dari kelelahan hingga nyeri kronis.
Baca Juga : Ini 5 Gejala Leukemia yang Sering Kali Diabaikan, Salah Satunya Memar di Tubuh