Find Us On Social Media :

Mengenal Pica, Kelainan Makan Hal-hal Aneh, Mulai dari Sabun, Tanah Liat, hingga Kotoran, Apa Penyebabnya?

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 15 Februari 2019 | 16:30 WIB

Intisari-Online.com – Dalam sebuah video yang viral, seorang gadis memakan sabun mandi layaknya makan es krim saja. Apa yang terjadi pada gadis itu sebenarnya?

Gadis itu mempunyai kelainan makan yang diistilahkan sebagai pica. Pica adalah bahasa latin untuk burung magpie atau burung pemakan segala yang memiliki kebiasaan pola makan yang aneh, demikian dikutip dari Bobo.id.

Orang-orang dengan kelainan pica secara kompulsif memakan makanan yang tidak memiliki nilai gizi. Orang yang terkena mungkin makan item yang relatif tidak berbahaya, seperti es.

Atau mereka mungkin makan barang-barang yang berpotensi berbahaya, seperti serpihan cat kering atau potongan logam.

Baca Juga : Bukan Hanya Sebagai Bacaan, Ternyata Buku Juga Mampu Pengaruhi Perilaku Sosial Anda

Dalam kasus terakhir, gangguan ini dapat menyebabkan konsekuensi serius, seperti keracunan timbal.

Gangguan ini paling sering terjadi pada anak-anak dan wanita hamil. Biasanya bersifat sementara.

Dalam buku The Handbook of Clinical Child Psychology, diperkirakan tingkat prevalensi pica berkisar dari 4% - 26% di antara populasi yang dilembagakan, menurut Webmd.

Pica juga terjadi pada orang yang memiliki cacat intelektual. Sering kali lebih parah dan berlangsung lama pada orang-orang dengan kelainan perkembangan parah.

Baca Juga : Dari Berhubungan Intim dengan Pohon hingga jadi Kanibal, Ini Daftar Perilaku 'Konyol' Pengguna Flakka

Apa gejala Pica? Makan terus-menerus selama setidaknya satu bulan, zat yang bukan makanan dan tidak memberikan nilai gizi.

Mengonsumsi zat yang bukan merupakan bagian dari praktik yang didukung secara budaya atau normatif sosial (misalnya, beberapa budaya mendorong untuk makan tanah liat sebagai bagian dari praktik pengobatan).

Zat yang dicerna cenderung bervariasi sesuai usia dan ketersediaan. Yang mereka makang mungkin termasuk: kertas, sabun, kain, rambut, tali, wol, tanah, kapur, bedak, cat, permen karet, logam, kerikil, arang, abu, tanah liat, kanji, atau es. Bahkan mungkin kotoran, pasir, sisa rokok yang tidak digunakan, abu rokok, lem, atau kapur.