Find Us On Social Media :

Jejak Air Mata dan Kematian: Saat 100 Ribu Nyawa Penduduk Asli Amerika Melayang Dalam Pembantaian Etnis

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 15 Februari 2019 | 18:45 WIB

 

Intisari-Online.com - Sepanjang tahun 1830-an, Presiden Amerika, Andrew Jackson memindah paksakan puluhan ribu penduduk asli Amerika.

Mereka dipindahkan dari sebelah timur Sungai Mississippi ke negeri-negeri yang ditunjuk di barat.

Dalam perjalanan berbahaya yang kemudian dikenal sebagai Jejak Air Mata terjadi banyak kematian.

Ketika pemukiman orang-orang putih mulai terbentuk di negara bagian Georgia, Carolina Utara, Tennessee, Alabama, dan Florida, perbatasan mereka menyeberang ke tanah penduduk asli Amerika.

Baca Juga : Setelah Menindik Hidung, Dias Mendadak Lumpuh Sampai Dokter Temukan 500 Miligram Nanah di Tulang Belakangnya

Para penduduk asli tersebut kemudian dianggap sebagai masalah dan penghalang untuk ekspansi ke arah barat.

Masalah itu kemudian diyakini dapat diselesaikan dengan kebijakan 'peradaban.'

Penduduk asli dianggap tidak beradab dan harus diajari kepercayaan orang putih serta belajar berbicara, membaca, dan menulis bahasa Inggris.

Cara makan, berpakaian, dan konsep kepemilikan serta perdagangan individu Eripa juga harus diseragamkan.

Baca Juga : Ini 5 Gejala Leukemia yang Sering Kali Diabaikan, Salah Satunya Memar di Tubuh

Kelima suku yang mengikuti kebijakan ini pun kemudian dikenal sebagai "Lima Suku Beradab."

Penghapusan Choctaw, Seminole, dan Creek

Motivasi Jackson adalah untuk memperluas pengaruh dan kemakmuran ekonomi Amerika Serikat.

Baca Juga : Begadang Sambil Main Ponsel pada Tengah Malam, Pria 19 Tahun Ini Berakhir dengan Penyakit Mengerikan