Penulis
Intisari-Online.com -Matematika telah menjadi poros peradaban kuno, mulai dari pengukuran waktu sampai ke navigasi lautnya.
Perjalanan matematika kita dimulai di Mesir, Mesopotamia, dan Yunani.
Tetapi setelah peradaban-peradaban ini menurun, kemajuan matematika terhenti di belahan dunia barat.
Di bagian timur, matematika justru mencapai puncak kejayaannya.
Baca Juga : Ini 5 Gejala Leukemia yang Sering Kali Diabaikan, Salah Satunya Memar di Tubuh
Di Cina kuno, matematika menjadi kunci dalam perhitungan konstruksi Tembok Raksasa yang panjangnya mencapai ribuan kilometer.
Angka-angka menjadi sedemikian penting sehingga memainkan peran krusial dalam menjalankan kehidupan di Istana Kerajaan.
Perencanaan bercinta
Kalender dan gerakan planet mempengaruhi semua keputusan kaisar, sampai ke perencanaan agendanya baik pada siang hari maupun malam hari.
Baca Juga : Begadang Sambil Main Ponsel pada Tengah Malam, Pria 19 Tahun Ini Berakhir dengan Penyakit Mengerikan
Penasehat kekaisaran memberikan sistem yang memastikan kaisar dapat meniduri sekian banyak perempuan di istananya.
Sistem tersebut didasari konsep matematika bernama geometric progression.
Mitos menyebutkan dalam kurun 15 malam, sang kaisar harus meniduri 121 perempuan yang mencakup:
Jumlah orang dalam setiap kelompok perempuan ini sebanyak tiga kali lipat jumlah orang dalam kelompok sebelumnya.
Sehingga para ahli matematika dapat membuat jadwal untuk memastikan bahwa pada periode 15 malam, kaisar meniduri semua perempuan di istananya.
Stamina raja
Jadwalnya diatur sebagai berikut:
Baca Juga : Faktanya, Orang yang Bahagia adalah Mereka yang Aktif Beragama
Malam pertama hanya untuk ratu. Kemudian malam selanjutnya untuk tiga pendamping senior.
Malam berikutnya untuk sembilan istri, lalu 27 selir dipilih secara bergiliran, sembilan orang setiap malamnya.
Akhirnya, dalam kurun sembilan malam, tiba giliran untuk 81 budak yang dibagi ke dalam sembilan kelompok.
Jadwal ini dibuat untuk memastikan sang kaisar meniduri perempuan kasta tertinggi saat mendekati bulan purnama, ketika kekuatan perempuan atau yin berada pada taraf puncak sehingga bisa menyamai kekuatan pria atau yang.
Baca Juga : Bayi Ngeces Bukan karena Ngidam Ibu yang Tak 'Keturutan', Justru Punya Manfaat Luar Biasa
Menjadi penguasa pastinya harus berstamina.
Tujuannya jelas, yaitu untuk mendapatkan calon pewaris takhta kerajaan yang terbaik.
Istana kaisar bukanlah satu-satunya yang bergantung pada matematika.
Peran ilmu ini juga penting dalam menjalankan negara.
Baca Juga : Sudah Yatim Piatu, Putra yang Masih Kelas 3 SD Berjualan Cilok hingga Larut Malam Demi Hidupi 2 Adiknya
Kekaguman pada matematika
Kekaisaran Cina Kuno adalah kerajaan yang besar dan tumbuh dengan menerapkan aturan hukum yang ketat, sistem pajak yang luas, serta standarisasi sistem bobot, pengukuran, dan uang.
Mereka telah menggunakan sistem desimal 1.000 tahun sebelum wilayah Barat mengadopsinya.
Kekaisaran Cina pun telah menuntaskan soal-soal persamaan matematika dalam cara yang baru dipakai orang-orang Barat pada permulaan abad ke-19.
Baca Juga : Awasi Pasangan Anda, Inilah 5 Tanda-tanda Pasangan Anda Mungkin Berkhianat!
Menurut legenda, raja pertama Cina, Kaisar Kuning, memerintahkan salah satu dewanya untuk menciptakan matematika pada 2800 SM, dengan keyakinan bahwa angka punya makna kosmik.
Sampai sekarang, orang Cina masih mempercayai angka memiliki kekuatan mistis.
Angka ganjil dianggap perwujudan pria, sedangkan genap adalah perempuan.
Angka empat harus selalu dihindari dan angka delapan membawa keberuntungan.
Cina Kuno tertarik dengan pola angka.
Baca Juga : Desa Penglipuran di Bali, Desa Terbersih di Dunia yang Bikin Betah
Mereka mengembangkan versi purba permainan sudoku.
Pada abad ke-6 M, perhitungan matematika Cina Kuno dipakai dalam ilmu astronomi untuk mengukur pergerakan planet.
Kini, perhitungan itu masih digunakan dalam kriptografi internet.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ilmu Matematika Membuat Kaisar Cina Bisa Meniduri Ratusan Perempuan