Find Us On Social Media :

Jangan Sepelekan, Liburan Terbukti Bisa Turunkan Risiko Kematian

By Intisari Online, Rabu, 13 Februari 2019 | 18:30 WIB

Ketika studi 5 tahun berakhir, tim melakukan tindak lanjut 15 tahun kemudian pada tahun 1989, dan 40 tahun tindak lanjut pada tahun 2014.

Hasilnya, para peneliti menemukan risiko penyakit kardiovaskular memang berkurang pada kelompok intervensi pada penelitian 5 tahun pertama.

Meski begitu, pada 15 tahun kemudian, ada lebih banyak kematian pada kelompok intervensi.

Sekarang, 40 tahun kemudian, angka kematian keluar lagi. Mereka mendapati hasil yang aneh.

"Kerusakan yang disebabkan oleh aturan gaya hidup intensif terkonsentrasi di subkelompok pria dengan waktu liburan lebih pendek setiap tahun," uangkap Timo Strandberg, salah satu peneliti dikutip dari Science Alert, Rabu (29/08/2018).

Baca Juga : Liburan Berujung Maut: Ayah dan 2 Anaknya Tewas Tenggelam, Diduga Terpeleset Saat Ingin Berselfie

"Dalam penelitian kami, pria dengan liburan lebih pendek bekerja lebih banyak dan tidur lebih sedikit daripada mereka yang lebih lama liburan. Gaya hidup yang penuh tekanan ini mungkin telah menolak segala manfaat dari intervensi," sambungnya.

Data penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Nutrition, Health & Aging ini menunjukkan waktu libur tidak berdampak pada risiko kematian peserta di kelompok kontrol.

Namun, ini berbanding terbalik di kelompok intervensi.

Pria yang mengambil tiga minggu atau kurang dari liburan tahunan memiliki 37 persen peningkatan kemungkinan kematian dibandingkan dengan mereka yang mengambil lebih dari tiga minggu liburan.

"Kami pikir intervensi itu sendiri mungkin juga memiliki efek psikologis yang merugikan pada orang-orang ini dengan menambah tekanan pada kehidupan mereka," ujar Strandberg.

Meski dimulai sejak lama, penelitian ini menunjukkan pentingnya manajemen stres.