Penulis
Intisari-Online.com - Pernahkah Anda membayangkan mendonorkan tinja?
Mungkin terdengar aneh dan menjijikan, tapi inilah yang dilakukan oleh Claudia Capenella, seorang pegawai administrasi di salah satu universitas di Inggris.
Tinja yang didonorkan Campenella digunakan untuk keperluan riset medis.
Tinja miliknya, yang penuh dengan bakteri dan virus "baik", akan dimasukkan ke dalam usus pasien yang sakit untuk membantu usus mereka menjadi lebih baik.
Baca Juga : Mulai Sekarang, Jangan Pernah Buang Tisu Basah ke Dalam Toilet!
Claudia tahu donasinya sangat berguna bagi orang lain.
Tetapi apakah kotorannya begitu istimewa?
Para ilmuwan percaya kotoran beberapa orang mungkin mengandung campuran bakteri penyembuh yang ideal untuk memperbaiki penyakit usus. Itu yang membuat mereka berperan sebagai pendonor super.
Claudia adalah seorang vegetarian.
Baca Juga : Muncul Gejala Baru DBD, Ternyata Sudah Tak Ada Lagi Bintik Merah di Kulit
Berdasarkan apa yang dia baca, tinja seorang vegetarian bisa jadi kandidat yang baik untuk donor.
Meskipun tidak ada bukti bahwa kotoran seorang vegetarian lebih baik daripada kotoran manusia lainnya, para ahli mengeksplorasi apa yang membuat tinja "super".
Dr Justin O'Sullivan adalah pakar biologi molekuler di Universitas Auckland dan dia telah menyelidiki konsep donor tinja super.
Tinja Sempurna
Perut kita menampung jutaan bakteri dan virus.
Mereka hidup di dalam tubuh kita secara komunal yang disebut sebagai mikrobiome dan memiliki keberagaman.
Keadaan itu berbeda di dalam setiap perut masing-masing individu. Meski masih asing, transplantasi feses dalam bidang kedokteran memberikan beberapa syarat pada para pendonor tinja super agar metoda itu berhasil.
Dr O'Sullivan mengatakan, "Kami melihat transplantasi dari donor super peluangnya dua kali lebih besar dari rata-rata untuk mencapai tingkat remisi klinis (sembuh bebas gejala)."
Baca Juga : Ketagihan Minum Air Kelapa Setiap Hari, Perempuan Ini Alami Perubahan pada Tubuhnya
"Harapan kami adalah jika kita dapat mengetahui bagaimana hal ini terjadi, maka kita dapat meningkatkan keberhasilan transplantasi feses dan bahkan mengujinya untuk kondisi terkait mikrobiome baru seperti alzheimer, sklerosis ganda dan asma," imbuhnya.
Konsultan gastroenterologi untuk Rumah Sakit West Hertfordshire NHS Trust, Dr Jon Landy berperan untuk membantu mengoordinasikan unit transplantasi feses mereka.
Dia setuju dengan gagasan donor super, tetapi mengatakan untuk dapat menemukan pendonor tinja super sangatlah sulit.
"Kami belum mengerti apa yang membuat donor super, atau mengapa, namun selalu memastikan donor kami sehat dan tidak membawa penyakit apa pun, tetapi kami tidak menguji semua mikrobiome mereka untuk melihat seperti apa," katanya.
Baca Juga : Kisah Boneka Barbie yang Jadi Pembongkar Kasus Pembunuhan Rumit Seorang Gadis 6 Tahun
"Mungkin butuh investigasi lebih lanjut," tegas Landy.
Mikroorganisme dalam Tinja
Penelitian Dr O'Sullivan dalam jurnal Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, menyebutkan bahwa semakin banyak jenis mikroorganisme di dalam tinja seseorang bisa menjadi keuntungan tersendiri.
Dia mengatakan sebagian besar spesies dalam tinja pendonor telah terbukti menjadi salah satu faktor paling signifikan yang mempengaruhi hasil transplantasi feses dan pasien yang merespons transplantasi dengan baik juga mengembangkan mikrobiome yang lebih beragam.
Baca Juga : Inilah Jam-Jam Berbahaya untuk Mandi, Bisa Sebabkan Kematian Mendadak
Tetapi penelitian menunjukkan keberhasilan juga dapat bergantung pada seberapa baik kecocokan donor bagi pasien, dan bukan hanya bakteri yang ada di kotoran.
"Beberapa kasus infeksi diare berulang bahkan telah disembuhkan dengan transplantasi feses yang disaring, di situ terdapat semua bakteri hidup yang masih mengandung DNA, virus, dan kotoran lainnya.
"Virus-virus ini dapat memengaruhi kelangsungan hidup dan fungsi metabolisme dari bakteri yang ditransplantasikan dan mikroba lainnya," kata Dr. O'Sullivan.
Dr Julie McDonald, ahli mikrobiome di Imperial College London, telah mempelajari cara mendorong yang tingkat keberhasilan transplantasi feses. Saat ini, sebagian besar donor digunakan untuk mengobati kondisi usus terinfeksi yang disebut clostridium difficile.
Infeksi ini dapat terjadi ketika mikroorganisme "baik" di dalam usus halus seseorang telah dimusnahkan oleh antibiotik.
Bagi orang yang rentan, hal itu bisa mematikan. Dia menemukan pasien yang menderita infeksi clostridium difficile dan memiliki kadar asam lemak valerat yang hampir tidak terdeteksi yang dihasilkan oleh metabolisme mikroba usus yang sehat.
Dalam kasus seperti itu, tranplantasi feses sangat dibutuhkan "Di laboratorium, kami mencari tahu bagaimana transplantasi bekerja dan kami sedang melihat apakah kami bahkan bisa memeriksa dan menggunakan tinja pasien," jelasnya.
Alih-alih memberi pasien suntikan feses pendonor, mereka akan diberi perawatan dari tinja mereka sendiri, yang mungkin lebih 'nyaman'.
Ini mungkin membantu mengatasi segala hal yang tidak nyaman, menjijikan dan bahkan aneh yang terkait dengan donor tinja, katanya.
Baca Juga : Dulu Dicampakkan, Kini Buah Ceplukan Jadi Buruan, Harganya Selangit!
Claudia ingin orang-orang berpikir lebih luas tanpa batasan ketidaknyamanan dan memutuskan untuk menjadi donor.
"Ini benar-benar sangat mudah untuk disumbangkan. Sederhana untuk dilakukan. Jika Anda ingin jadi donor, cari tahu apakah rumah sakit terdekat memiliki layanan donor tinja," katanya.
"Saya mengumpulkan sampel tinja di rumah, menggunakan wadah yang disediakan rumah sakit. Lalu saya antarkan tinja itu ke rumah sakit sebelum saya ke tempat kerja, hanya butuh sedikit usaha," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dicari Donor Tinja "Super"