Find Us On Social Media :

Bloomberg: Bersama Brasil, Indonesia akan Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang pada 2019

By Intisari Online, Kamis, 20 Desember 2018 | 13:15 WIB

Intisari-Online.com - Masa kelabu bagi pasar negara berkembang (emerging market) akan segera usai.

Tahun 2019 diprediksi bakal menjadi momentum rebound bagi negara berkembang setelah tergilas oleh gejolak perekonomian global sepanjang tahun 2018 ini.

Berdasarkan survei Bloomberg terhadap 30 lembaga aset manajemen, bank, dan lembaga riset ekonomi dunia, para investor dan trader sepakat bahwa emerging market telah mencapai titik terendahnya di tahun ini.

Lantas, tahun depan, pasar saham, mata uang, maupun obligasi negara berkembang berpotensi rebound, bahkan mengalahkan performa pasar negara maju.

Baca Juga : Sering Diterpa Isu Bangkrut, Ekonomi Indonesia Malah Masuk 10 Besar Dunia versi IMF

Kunci dari konsensus pembalikan arah ini ialah, antara lain, keputusan Federal Reserve untuk menahan agresivitasnya menaikkan suku bunga acuan di 2019.

The Fed juga memangkas proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) tahun depan, dari sebelumnya 2,5% menjadi 2,3%.

Sebab sepanjang tahun ini, produk domestik bruto Negeri Paman Sam tersebut diproyeksi hanya akan menyentuh 3%, meleset dari target 3,1%.

"Dengan The Fed bergerak menuju akhir siklus pengetatannya, dana kemungkinan akan kembali ke pasar negara berkembang," ujar Hironori Sannami, trader pasar mata uang Mizuho Bank Ltd Tokyo, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (20/12).

Baca Juga : Lama Keluar dari OPEC, Apakah Bisa Sebabkan Ekonomi Indonesia Melemah?

Dari seluruh peserta survei yang terlibat, mayoritas meyakini aset pasar emerging market, seperti forex, obligasi, dan saham akan bangkit di 2019.

Tak hanya itu, mereka bahkan optimistis kinerja ketiga aset tersebut akan melampaui kinerja aset negara maju tahun depan.

"Ekuitas emerging market relatif terlihat murah dibandingkan dengan negara maju karena telah berkinerja buruk secara signifikan pada 2018, sehingga sudah saatnya untuk rebound,” kata Daniel Morris, ahli strategi investasi senior BNP Paribas Asset Management London.