Penulis
Intisari-Online.com -Perkebunan kakao di Indonesia sangat luas. Selain itu kualitasnya pun sangat bagus. Bahkan sebagian coklat Indonesia justru dieksport ke luar negeri, bukan untuk konsumsi dalam negeri.Atas dasar kondisi itu Reny Firmansyah, seorang pengusaha kuliner "Coklat Joyo" di Jogjakarta kemudian mempunyai gagasan untuk membuat usaha kuliner berbahan coklat dengan rasa yang sangat nusantara. Coklat tidak hanya disajikan sebagai coklat asli tetapi diramu dengan berbagai rasa yang bervariasi sehingga lahirlah sekitar 13 varian rasa yang tidak ditemukan di termpat lain. Beberapa rasa yang sangat populer dan banyak diminati penggemar antara lain adalah coklat rasa rempah, coklat rasa kopi maupun coklat meletus.Varian terakhir merupakan coklat yang di dalamnya terdapat semacam butiran soda yang jika digigit maka butiran soda itu akan memberi sensasi yang meletus-letus di lidah. "Varian ini bukan hanya digemari anak-anak, tetapi juga orang dewasa, karena ana sensasi lain saat merasakannya," ujar Reny.Ditambahkan Reny, usaha Coklat Joyo merupakan usaha untuk memasyarakatkan makanan asli dalam negeri, setelah sebelumnya suaminya berhasil melakukan usaha serupa berbahan dasar Ketela. Karena itu, dalam usaha cokalt ini bahan dasar dari semua makanan tersebut bahan dasarnya berasal dari perkebunan coklat domestik. Hanya saja, karena saatnya usahanya belum begitu bear, maka usaha bisnisnya masih dikerjakan dalam skala bisnis rumahan. " Kami mempekerjakan sekitar 5 orang tenaga kerja," ujar Reny.Selain menonjolakan sensasi rasa yang berbeda, Coklat Joyo juga berusaha tampil beda dalam kemasan. Setiap produksi untuk setiap jenis varian selalu dikemas secara berbeda dengan menampilkan potensi wisata yang ada di Jogjakarta seperti Candi Prambanan, Kraton, Gua Pindul, Pantai Indrayanti maupun Objek wisata lainnya, sehingga kemasan coklat ini sekaligus dapat menjadi referensi wisata bagi setiap wisatawan yang ada di Jogja.Selain itu, dalam sisi pemasaran, Coklat Joyo menjadikan makanan ini lebih cenderung sebagai souvenir yang hanya dapat dijumpai di 5 gerai yang ada di Jogjakarta. "Karena itu, bagi yang ingin mencicipi memang harus pergi ke Jogja, karena kita tak menjualnya di tempat lain," ujar Reny.Menurut Reny, strategi marketing secara ekslusif ini yang selama ini terbukti ampuh dalam menghadapi persaingan dengan coklat pabrikan dengan skala usaha yang lebih besar. Sedangkan omzet usaha makanan ini ditargetkan mencapai Rp. 30 juta setiap bulannya. "Pada saat liburan dan hari raya seperti sekarang ini biasanya sangat ramai," ujar Reny.