Kejam! Ribuan Anjing Disiksa dan Dibunuh Hanya untuk Mencari Tahu Senjata Kimia yang Meracuni Putrinya

Tatik Ariyani

Penulis

Tidak hanya untuk putrinya, ilmuwan Rusia ini juga ingin mencari tahu senjata kimia yang telah meracuni seorang mata-matanya.

Intisari-Online.com - Ilmuwan Rusia membunuh dan menyiksa ribuan hewan saat melakukan tes terhadap senjata kimia yang telah meracuni seorang mata-mata dan anak perempuannya.

Dilansir dari Daily Mail, para ilmuwan di Chemical Research Institute di dekat Nukus, Uzbekistan akan memakaikan masker gas pada anjing-anjing tersebut dan membuat mereka berjalan di atas treadmill selama percobaan berlangsung.

Mereka akan memberi hewan-hewan tersebut dengan senjata kimia Novichok yang pernah meyerang agen Sergei Skripal berusia 66 tahun and putrinya yang berusia 33 tahun, Yulia, di Salisbury.

Pusat penelitian tersebut dibuat oleh Soviet untuk menciptakan senjata kimia dan telah ditinggalkan oleh Tentara Merah pada tahun 1992.

(Baca juga: Duh, Kawasan Hutan Bakau Ecomarine Tourism Mangrove di Muara Angke Jadi Lautan Sampah)

(Baca juga:Haru, Setelah Berpisah Selama 36 Tahun, Dua Saudara Kembar Ini Akhirnya Bertemu Untuk Pertama Kalinya)

Versi awal Novichok dikirim ke Institut Kimia Organik dan Teknologi di Moskow sebelum akhirnya kembali ke Nukus untuk eksperimen.

Pada hari Minggu (18/3/2018) dilaporkan bahwa ribuan hewan mati setelah mereka terkena racun yang kuat.

Sementara itu, para ilmuwan menguji senjata kimia, termasuk senjata kimia Novichok pada anjing di Shikhany Institute ditenggara Rusia.

Pakar dari AS, Judith Miller mengenang saat dirinya melihat anjing-anjing itu di atas 25 alat treadmill di Nukus.

Miller mengatakan bahwa anjing-anjing itu terikat pada treadmill dengan masker gas pada moncong mereka. Padahal, sebelumnya ribuan orang telah meninggal karena paparan gas beracun tersebut.

Skripal dan putrinya masih memperjuangkan nyawa mereka di ruah sakit menyusul kejadian yang mengejutkan dunia tersebut.

Muncul pemberitaan bahwa Yulia sedang menjalin hubungan dengan pria yang diyakini telah bekerja untuk Vladimir Putin.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri, Boris Johnson mengatakan bahwa para ahli dari Organisasi Larangan Senjata Kimia akan datang ke Inggris.

Mereka akan tiba di Inggris pada hari Senin (19/3/2018) untuk memeriksa sampel senjata kimia yang digunakan dalam tragedi keracunantersebut.

(Baca juga: Agar Lebih Awet, Ini Dia Cara yang Tepat Menyimpan 11 Jenis Makanan Ini, Termasuk Tomat, Kentang, dan Roti)

Artikel Terkait