Find Us On Social Media :

Pascagempa Bumi dan Tsunami 2011, Pemerintah Jepang Bangun ‘Tembok Besar’ untuk Lawan Ancaman Tsunami

By Mentari DP, Minggu, 18 Maret 2018 | 14:15 WIB

Intisari-Online.com – Pada tanggal 11 Maret 2011, gempa Bumi berkekuatan 9 skala richter terjadi di lepas pantai Samudra Pasifik wilayah Tohoku, Jepang.

Akibatnya, terjadi gelombang tsunami setinggi 10 meter yang menghantam bagian lepas pantai Semenanjung Oshika, pantai timur Tohoku.

Dilaporkan gempa Jepang ini tercatat sebagai salah satu gempa terbesar di dunia dan dianggap terbesar yang mengguncang Jepang dalam 1.200 tahun terakhir.

Butuh waktu beberapa tahun untuk Jepang memperbaiki infrastruktur yang rusak dan membuat warganya tidak trauma.

(Baca juga: Setelah Jakarta, Kini Giliran Alaska yang Alami Gempa, bahkan Peringatan Tsunami Sempat Dinyalakan)

(Baca juga: Naoto Matsumura, Orang Terakhir di Fukushima yang Memberi Makan Semua Binatang yang Tertinggal Pascatsunami Jepang 2011)

Salah satunya adalah membangun tembok super tinggi untuk menahan tsunami.

Dilansir dari foxnews.com, tahun 2015 atau empat tahun setelah tsunami terjadi, pemerintah Jepang berencana membangun tembok beton di sebagian besar pantai timur laut Jepang.

Pembangunan tembok ini direncanakan menghabiskan dana sekitar 6,8 miliar US Dollar (Rp93,5 triliun).

Tembok beton tersebut memang akan merusak ekologi dan pemandangan laut, dan menghambat perikanan vital.

Tapi ia akan berbuat banyak untuk melindungi penduduk yang sebagian besar tidak pindah ke tempat yang lebih tinggi.

Contohnya tembok beton di pelabuhan nelayan utara Osabe. Di mana tembok beton itu berdiri tegak etinggi 12,5 meter dan menghalangi pandangannya tentang laut.

"Kenyataannya adalah tembok itu terlihat seperti tembok penjara," kata Kazutoshi Musashi (46), yang tinggal di pantai sebelum tsunami menyerang.