Penulis
Intisari-Online.com- Baru-baru ini 16 nasabah bank BRI Unit Ngadiluwih mengaku kehilangan uang tabungan secara misterius.
Nominal yang berkurang bervariasi antara Rp500 ribu hingga Rp10 juta.
Nasabah baru menyadari kejanggalan itu ketika transaksi penarikan di ATM gagal atau menerima pesan singkat pemberitahuan transaksi debet yang tidak pernah dilakukan.
Dilansir dari kompas.com (12/3), Dadi Kusnadi, kepala cabang BRI Kediri menduga penyebab masalah itu adalah tindakan skimming.
Baca Juga:Aneh, Uang Tabungan Milik Sejumlah Nasabah BRI Berkurang Secara Misterius
Baca Juga:Melalui Ramalan Jayabaya, Sultan Hamengku Buwono IX Sudah Memprediksi Datangnya Kemerdekaan RI
Proses pencurian uang dengan modus skimming ATM ini sebenarnya adalah fenomena global.
Dilansir dari tycois.com, skimming menjadi kejahatan industri elektronik yang tumbuh cepat karena sangat menguntungkan pencuri dengan risiko tertangkap yang rendah.
Skimming memerlukan WiFi Pocket Router lengkap dengan kamera yang dimodifikasi mirip penutup PIN pada mesin ATM.
Kemudian data stripe pada ATM akan dikirim secara nirkabel ke pencuri yang biasanya menggunakan laptop di area terdekat.
Data tersebut kemudian dapat diduplikat untuk dikloning pada kartu ATM kosong.
Kartu baru ini memungkinkan para pencuri untuk mengeluarkan uang dari rekening debet.
Pencuri biasanya merasa lebih mudah untuk menyerang ATM tak berawak.
Karena sebagian besar bank tutup di malam hari dan akhir pekan, pencuri banyak waktu untuk memasang dan melepas peralatan skimming tanpa gangguan.
Data skimming itu sendiri sebenarnya dapat diperjual belikan di pasar gelap kejahatan internasional.
Tidak hanya menekankan diri sendiri untuk berhati-hati, kasus semacam ini seharusnya menjadi rambu agar institusi keuangan segera membantu dan melindungi nasabah dari pencurian data dan keuangan pribadi.
Baca Juga:Memakan Manusia, Siapa Sangka 3 Orang Berkuasa Ini Terlibat Praktek Kanibalisme