Find Us On Social Media :

Budi Hartono, Orang Terkaya Indonesia 2018 Ini Pernah Hampir Bangkrut Tapi Tidak Pernah Menyerah

By Aulia Dian Permata, Kamis, 8 Maret 2018 | 13:30 WIB

Intisari-Online.com - Robert Budi Hartono menempati ranking satu dalam daftar orang terkaya di Indonesia tahun 2018 versi Forbes.

Kekayaannya tahun ini sebesar 71,4 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 238,38 triliun.

Mendengar nama besar Robert Budi Hartono, orang-orang akan langsung memikirkan Djarum.

Nama Hartono dengan Djarum tidak bisa dipisahkan, karena Djarumlah yang menjadi batu loncatan Hartono dalam dunia bisnis.

(Baca Juga: )

Namun, tidak banyak orang yang tahu sepak terjang Hartono hinga bisa sehebat saat ini.

Dulu Djarum hanya sebuah bisnis rokok kretek lokal yang pabriknya pernah mengalami kebakaran hebat hingga semua asetnya nyaris tidak bersisa.

Musibah itu terjadi pada tahun 1963. Di tahun yang sama, Oei Wie Gwan, ayah Hartono meninggal.

Mengalami dua ujian hidup di saat yang bersamaan rupanya tidak membuat Hartono gentar.

(Baca Juga: )

Memikul beban tanggung jawab atas kelangsungan usaha sang ayah, Hartono dan kakaknya Michael Bambang Hartono justru menjadi penyelamat.

Hartono bersaudara ini kemudian memulai semua dari awal.

Saat itu, usia Budi Hartono baru 23 tahun sementara kakaknya 24 tahun.

Di tangan Hartono dan pemikirannya yang modern, Djarum bangkit dari mati suri.

Hartono mulai melebarkan sayap Djarum untuk memproduksi rokok dengan peralatan lebih modern.

(Baca Juga: )

Kalau sebelumnya ayahnya hanya membuat rokok kretek dengan cara dilinting secara manual, Hartono membeli mesin-mesin canggih.

Salah satu rokok andalan buatan Djarum pada saat itu adalah rokok Djarum Filter.

Perbedaannya hanyalah Djarum Filter ini menggunakan filter di ujung rokok dan dibuat dengan mesin.

Rokok Filter dengan cita rasa kretek tradisional mulai dikenalkan tahun 1981 dan segera laris di pasaran.

Hartono juga berhasil melakukan ekspor rokok ke Amerika Serikat sejak tahun 1972.

Sukses dengan usaha dari mesin-mesin modern tidak membuat Hartono melupakan rokok kretek.

"Djarum itu hidupnya dari kretek. Kretek itu ciri khasnya Djarum, harus dipertahankan dan selalu dijaga kelangsungannya," kata Hartono.

Hartono melalui Djarum juga memberdayakan para wanita di Kudus.

(Baca Juga:)

Itulah kenapa semua pekerja pembuat kretek di beberapa pabrik Djarum di Kudus semuanya wanita.

Hartono tidak pernah berpuas diri dan punya prinsip kalau bisnis itu harus terus dikembangkan.

Hartono melebarkan sayapnya ke dunia perbankan Indonesia dengan membeli saham Bank Central Asia.

Tahun 2018 ini Hartono sudah memiliki 51% saham dari bank swasta terbesar di Indonesia tersebut.

Hartono kini telah melakukan diversifikasi bisnis dengan tujuan untuk memecah bisnisnya dalam beberapa jenis usaha agar tidak mudah bangkrut saat ada guncangan ekonomi.

Lini bisnis Hartono selain Djarum dan BCA yaitu di bidang properti dengan mall megah Grand Indonesia Shopping Town.

Beberapa hotel seperti Bali Padma Hotel, Hotel Malya Bandung, dan Sekar Alliance Hotel.

Keluarga Hartono juga membangun Pulogadung Trade Centre dan WTC Mangga Dua, Jakarta.

Bidang agrobisnis, PT Hartono Plantation Indonesia memiliki lahan kelapa sawit seluas lebih dari 60.000 hektar di Kalimantan Barat.

Hartono juga memiliki bisnis elektronik dengan merk Polytron serta membeli situs forum terbesar di Indonesia, Kaskus.

Selain itu, Hartono juga mencoba peruntungannya dalam bidang platform jual-beli online dengan situs blibli.com.

Hartono mendedikasikan hobinya, yaitu bulu tangkis untuk memberi beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi dalam bidang bulu tangkis.

Hartono membuat sebuah gedung pelatihan bulu tangkis yang sangat megah di Kudus dan rutin menggelar acara bulu tangkis Djarum Badminton - Indonesia Open.

Untuk bisa menjadi sebesar dan sesukses itu, Hartono memiliki dua kunci yang selalu dipegangnya.

Kuncinya adalah selalu berusaha untuk berkembang lebih baik dan pantang menyerah.

(Baca Juga:)