Penulis
Intisari-Online.com - Nama Electromagnetic Bomb alias E-Bomb kesannya memang “lebih indah dan bersahabat”.
Tapi jika diledakkan di atas target efeknya tetap saja mengerikan karena bisa menyebabkan kematian massal.
Sebab sebagai bom pembasmi semua peralatan elektronik jika bom ini diledakkan bisa langsung memberangus seluruh peralatan listrik.
Wahana elektronik yang bisa dihancurkan antara lain mulai dari radio, telepon, TV, komputer, generator, pengatur elektrik mobil/motor, hingga jaringan PLN.
(Baca juga:Dirty Bomb, Turunan Bom Nuklir yang Bikin Warga AS Ketakutan, Meski Tidak Mematikan Tetapi Melumpuhkan)
(Baca juga:Kekurangan Bom saat Perang Vietnam, Pesawat-Pesawat Tempur AS Jatuhkan Toilet-Toilet Bekas)
Bahkan seluruh sendi kehidupan yang tergantung pada aliran listrik termasuk kekuatan militer di wilayah sasaran praktis akan dibuat lumpuh.
E-Bomb ketika diledakkan memang tidak bertujuan membunuh manusia secara langsung.
Tapi meski tidak dirancang untuk membunuh orang, bom ini secara tak langsung toh akan menimbulkan korban jiwa.
Pasalnya berbagi peralatan penunjang hidup di rumah-rumah sakit bisa dibuat tak berfungsi sama sekali.
Itu berarti bila ledakkan E-bomb bisa melumpuhkan seluruh peralatan listrik dalam sebulan, betapa vatalnya jika bom ini dijatuhkan di atas kota-kota besar.
E-Bomb sebenarnya ditemukan secara tidak sengaja.
Awalnya bermula ketika para ilmuawan AS sedang menguji bom hidrogen pada tahun 1958 di sebuah tempat di wilayah Samudera Pasifik.
Pada jarak ratusan mil dari pusat uji, jaringan listrik di jalan-jalan di Hawaii tiba-tiba padam.
(Baca juga:(Foto) Detik-detik Dramatis saat Pesawat-pesawat Pengebom Ditembak Jatuh Musuh saat Perang Dunia II)
Ledakan juga membuat perangkat radio di Australia, yang jaraknya amat jauh, bungkam.
Pemadaman tersebut tak lain terjadi akibat efek Compton.
Menurut teori yang dikembangkan Arthur Compton pada 1925 itu, energi elektromagnet yang dilepas radiasi sinar gamma dari bom nuklir rupanya akan memukul keluar elektron-elektron dari atom oksigen dan nitrogen di atmosfer.
Nah, kejutan medan listrik akibat banjir elektron dadakan di atmosfer inilah yang selanjutnya berpotensi membungkam peralatan listrik.
Sejumlah pihak mengatakan,militer AS telah memili E-Bomb yang dikembangkan dari bom hidrogen dan sempat akan digunakan untuk mengebom Korut pada 2017 lalu.
Secara teknologi, E-bomb sedikitnya tersusun dari dua komponen vital.
Pertama, silinder metal (disebut pula armature) berbalut koil atau strator winding yang akan berfungsi sebagai pembangkit gelombang elektromagnet.
Laiknya penghimpun listrik, strator winding tentu dilengkapi pula sederet kapasitor penyimpan listrik.
Sedang yang kedua, adalah bahan peledak daya tinggi sebagai penyembur gelombang elektromagnet.
Seperti bom pada umumnya, pemantik utama dalam E-bomb adalah sikring mekanik.
Ketika padanya diberi arus berlebih, komponen krusial ini akan putus dan meledakkan bahan peledak yang tersimpan dalam silinder.
Namun, sebelum semua itu terjadi koil pada armature sudah lebih dulu dilimpahi arus listrik.
Nah, foton-foton dari medan listrik inilah yang akan disembur dan membungkan peralatan listrik di wilayah sasaran ketika armture tersebut diledakkan.
Khusus untuk peralatan militer, gelombang kejut E-bomb akan membungkam sistem kendali kendaraan, pelacak target persenjataan, komunikasi, navigasi, sensor penentu jarak, dan lainnya.