Penulis
Intisari-Online.com -Sampai saat ini, laki-laki masih kerap menjadi kambing hitam perihal perselingkuhan.
Karena dianggap saking seringnya, hal ini seolah menjadi hal yang dimaklumkan.
Sementara itu, ketika perempuan yang berselingkuh dan bersikap tidak setia, itu dianggap sebagai sesuatu yang kurang lazim.
Tapi benarkah begitu?
Sejatinya, siapa pun—tidak laki-laki tidak perempuan—mempunyai potensi untuk mengingkari janji yang disepakatinya; berselingkuh seenak udelnya.
(Baca juga:Perempuan Ini Telepon si Suami untuk Menyaksikannya Menghajar Perempuan Selingkuhannya)
Dalam sebuah survei yang dilakukan di Inggris terhadap 3.000 orang, terungkap bahwa lebih banyak responden wanita yang mengaku pernah berselingkuh, dibandingkan dengan pria.
Survei itu juga mengklaim, wanita berusia 35-40 tahun merupakan kelompok umur yang paling mungkin berselingkuh.
Salah satu alasan yang diungkapkan mengapa mereka tidak setia adalah karena merasa tidak dicintai suami, merasa bosan, dan hubungan seks yang tidak memuaskan.
Perasaan tidak dihargai, baik secara fisik dan emosional, juga menjadi alasan untuk mencari cinta di luar rumah.
Para pakar psikologi juga mengatakan, alasan utama seorang wanita berselingkuh sebenarnya bukan seks, tetapi karena ada hubungan emosional yang kuat dengan orang ketiga, perasaan diterima apa adanya, dan bahagia.
Dibandingkan dengan pria, ternyata kaum wanita lebih pintar dalam hal menutupi perselingkuhannya.
(Baca juga:Pegawai Maskapai Penerbangan Bocorkan 8 Trik Jitu untuk Dapatkan Tiket dengan Harga Supermurah! Yuk, Dicoba!)
Mereka juga lebih bisa menyimpan rahasia dan menutupi "jejaknya". Sehingga kemungkinan untuk ketahuan lebih kecil.
Tracey Cox seorang seksolog, mengatakan wanita zaman sekarang memang lebih banyak yang berselingkuh karena mereka merasa punya hak untuk bahagia.
"Jika dulu wanita yang selingkuh tidak sebanyak sekarang karena mereka mengontrol dirinya sendiri," kata Tracey.
Walau perselingkuhan tersebut "aman", tetapi kebanyakan orang yang mengkhianati pasangannya akan selalu memiliki perasaan bersalah.
Perasaan ini bisa menjadi bom waktu dalam perkawinan.
Lantas, apakah perselingkuhan masih menjadi dominasi laki-laki?