Find Us On Social Media :

Tidak Hanya di Tubuh Manusia Roh pun Bersemayam di Komputer yang Terkunci, Begini Kisahnya

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 27 Februari 2018 | 19:45 WIB

Intisari-Online.com – Kasus kerasukan atau ketempelan roh bukan barang aneh. Peristiwa tersebut sering terjadi hanya dalam waktu yang singkat. Namun bagaimana dengan orang yang tiba-tiba berubah kepribadian, di tubuhnya bersemayam roh lain, dan berlangsung berbulan-bulan lamanya?

Alkisah, seorang polisi,  Jack Willis namanya, demikian terobsesi untuk menangkap penjahat sadis Warren Dupre.  Dupre memiliki reputasi sangat licin dalam menghindarkan diri dari kejaran yang berwajib.

Sepandai-pandainya tupai melompat, sekali waktu ia akan terpeleset juga. Demikian pula dengan nasib sang penjahat yang roboh terkena tembakan pistol Jack.

Sampai di situ sajakah ceritanya? Tidak. Beberapa saat setelah Dupre tewas, Jack jatuh pingsan. Ketika ia tersadar, Jack telah berubah. Dalam tubuh Jack bersemayam roh Warren Dupre!

Kisah tersebut memang hanya fiksi rekaan Jane Goldman, pengarang buku The X-Files. Namun, di dalamnya tersirat pertanyaan yang menggayut di pikiran banyak manusia. Benarkah roh orang mati tetap ada? Atau mungkinkah roh mengambil alih tubuh orang lain?

(Baca juga: Tradisi Tiwah: Pesta Mengantar Arwah ke Surga Agar Tak Tersesat)

Bebas tanpa tubuh

Pandangan akan kebebasan roh sebenarnya bukan hanya monopoli masyarakat modern. Filsuf Socrates (469 - 399 SM) percaya bahwa kematian hanyalah fase "terlepasnya roh dari ikatan tubuh". Malah, menjelang akhir hayatnya ia mencoba untuk meyakinkan kenalannya tentang pendapatnya.

Sayang, tidak semua orang dapat dengan mudah menerimanya. Seperti pendapat Cebes, “Perlu argumen yang kuat dan banyak bukti untuk menunjukkan bahwa roh orang mati tetap ada, memiliki kekuatan dan akal.”

Untuk menunjukkan keyakinannya itulah, kisah Plato dalam tulisan berjudul Phaedus tahun 399 SM saat menjalani hukuman mati, dengan riang dan enteng Socrates mereguk anggur yang mengandung racun mematikan.

Lebih dari 20 abad kemudian orang masih juga belum bisa memutuskan, benarkah roh dapat tetap ada tanpa wadag? Dugaan yang tidak ada artinya bagi kelompok rasional yang selalu menuntut bukti, tentu saja ditolak oleh puluhan ribu orang yang memiliki pengalaman menjelang ajal, atau keluarnya roh dari tubuh.

Ernest Hemingway, salah satunya. Dalam A. Farewell to Arms,  ia menjelaskan pengalamannya di medan perang Italia melalui tokoh Frederick Henry.

“Aku merasa sebagian diriku terdorong ke luar, sebagian lagi, makin banyak, dan akhirnya seluruh tubuhku. Aku bebas. Tiupan angin membawaku pergi. Aku tahu saat itu aku sudah mati…”