Find Us On Social Media :

Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta Jadi Kocar-Kacir Akibat Serbuan Pasukan Siluman di Siang Bolong

By Yoyok Prima Maulana, Senin, 26 Februari 2018 | 18:00 WIB

Intisari-online.com - Memasuki Februari 1949 atau tepatnya 69 tahun lalu, akibat aksi Agresi Militer II oleh Belanda di Yogyakarta,  kondisi makin tidak menentu dan keadaan rakyat juga makin menderita.

Apalagi perlawanan dari pasukan RI yang dilancarkan secara gerilya belum  memberikan hasil yang bisa menjadi perhatian dunia internasional.

Namun begitu akibat peperangan telah jatuh korban dari kedua belah pihak dalam jumlah yang cukup besar.

Sebagai raja Yogyakarta, Sultan HB IX sangat prihatin terhadap kondisi rakyat dan para pasukan gerilya RI yang daya juangnya makin turun.

BACA JUGA: 

Untuk mengatasi semangat juang yang makin kendor itu dan sekaligus menarik perhatian dunia internasional bahwa pemerintah RI dan tentaranya masih ada, Sultan HB IX merasa harus berbuat sesuatu.

Sultan  lalu mencetuskan agar pasukan gerilya  RI melancarkan serangan dadakan  bak pasukan siluman yang bertempur di siang bolong.

Tapi serangan militer secara terencana dan bersifat sangat rahasia itu harus segera dilaksanakan mengingat waktunya tinggal dua minggu.

Untuk mewujudkan rencananya Sultan HB IX lalu secara rahasia mengirim kurir untuk menemui Panglima Besar Jenderal Soedirman yang sedang memimpin pasukan di daerah selatan Yogyakarta (Gunung Kidul).

BACA JUGA: 

Pangsar Soedirman ternyata menyetujui rencana Sultan lalu mengirimkan komandan pasukan gerilya RI, Letkol Soeharto untuk berunding dengan Sultan HB IX secara sangat rahasia.

Letkol Soeharto yang kelak menjadi Presiden RI kedua, kemudian menyusup ke kota Yogyakarta  untuk menemui Sultan HB IX di keraton.

Untuk menyamarkan diri Soeharto berpura-pura sebagai pedagang.