Find Us On Social Media :

Kisah Dokter Kurang Ajar Sekaligus yang Terhebat di Indonesia, Tjipto Mangunkusumo

By Yoyok Prima Maulana, Sabtu, 24 Februari 2018 | 17:15 WIB

Intisari-online.com - Tjipto Mangunkusumo lahir di Ambarawa, jawa Tengah pada 4 Maret 1886.

Tjipto masuk sekolah dokter (STOVIA) di Jakarta, usianya baru 13 tahun. Gurunya mengakui Tjipto sebagai een begaafd leerling, murid yang berbakat

Setelah berdinas setahun di Banjarmasin, dokter Tjipto (20 tahun) pindah ke Demak. Di kota tersebut semakin masak pendiriannya bahwa dia hidup dalam masyarakat palsu.

Nasib rakyat banyak, kedudukan istimewa kaum bangsawan, kedudukan yang dipertuan orang-orang Belanda, semua itu menggelisahkan jiwa mudanya.

BACA JUGA: 

Jarum suntik saja tak memuaskan hatinya. Dia mengangkat pena. Memaparkan pendapatnya dalam Harian De Lokomotief terbitan Semarang, menyerang kolonialisme dan feodalisme.

Tjipto seorang dokter pemerintah. la dilarang menulis dalam surat kabar, apalagi tulisan yang hendak menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan pemerintah.

Orang-orang kulit putih di Demak berang hatinya, setiap kali mendengar bisikan orang: Helmhoed, topi kehormatan mereka, di rumah dokter Tjipto dijadikan pot bunga!

Tjipto akhirnya mengambil keputusan. la minta berhenti dari dinas pemerintah. Dalam kondisi demikian Tjipto menerima undangan untuk menghadiri Kongres Pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta tanggal 3-4 Oktober 1908.

BACA JUGA: 

la paparkan pendiriannya. Hendaknya Boedi Oetomo menjadi organisasi politik, terbuka untuk setiap orang, menjadi pemimpin rakyat banyak dan jangan berhubungan dengan kaum feodal.

la mendapat tantangan keras dari Radjiman Wediodipuro. Ternyata Tjipto justru 20 tahun mendahului zamannya. Keras sama keras, dia langsung mengundurkan diri.

Boedi Oetomo dia tinggalkan, begitu pula Demak. Tjipto pindah ke Solo, buka praktik sebagai dokter swasta. Bendinya keluar-masuk kampung. Tetapi juga dia pacu mondar-mandir di sekitar Alun-alun Keraton tanpa seizin Susuhunan Paku Buwono.