Penulis
Intisari-Online.com -Minoru Genda sesungguhnya bukan jenderal atau laksamana. Meski begitu, namanya begitu berkibar dalam Perang Pasifik.
Harap diketahui, ia adalah perancang kunci serangan militer Jepang terhadap pangkalan Angkatan Laut AS Pearl Harbour dan berbagai operasi armada Jepang lainnya.
Genda yang dilahirkan 1904 di Hiroshima, lulus dari Akademi AL tahun 1924 dan dilatih sebagai pilot pesawat yang berpangkalan di kapal Induk.
Pada 1931, Genda bertugas di kapal induk Akagi sebelum menjadi instruktur di pangkalan udara AL Yokosuka.
Di sini ia sempat membentuk tim aerobatik yang terkenal dengan nama Sirkus Genda.
Setelah lulus dari Sekolah Staf AL, dia makin menonjol karena obsesinya terhadap penerbangan AL.
Karena itu, ia sering dijuluki Genda Si Orang Gila alias Madman Genda. Dia pernah ditugaskan sebagai asisten atase AL di London tahun 1938-1940.
Sebelum perang pecah, Genda menjadi perwira operasi dari Divisi Kapal Induk Pertama.
Dalam posisi inilah dia diserahi tugas merancang secara terperinci serangan udara terhadap Peral Harbour.
Dia ikut menyempurnakan taktik serangan torpedo pada perairan yang dangkal.
Genda bahkan ikut serta langsung dalam serangan terhadap Pearl Harbour pada 7 Desember 1941.
Minoru Genda ikut dalam operasi di Lautan Hindia, kemudian memimpin rangkaian serangan udah terhadap Midway.
(Baca juga:Mudah, Murah dan Indah! Hanya Bermodalkan Botol Bekas Anda Bisa Membuat Taman Vertikal di Lahan Sempit)
Selaku perwira penerbang di kapal induk yang beroperasi di Kepulauan Solomon dan Santa Cruz, Genda tetap menunjukkan prestasi.
Ia kemudian ditarik sebagai perwira staf, dan tahun 1945 ditugaskan dalam pertahanan udara tanah Jepang.
Setelah Jepang kalah, Genda bergabung dengan Pasukan Bela Diri Jepang, dan menjadi Wakil Kepala Staf Udara (1954) dan tahun 1957 menjadi komandan pertahanan udara.
Dia menjadi kepala staf udara tahun 1959, lalu pensiun 1962.
Genda dikenal sebagai perwira yang tidak ortodoks sekalipun agak eksentrik , perencana taktis yang brilian, juga komandan satuan udara yang berhasil.
Dia meninggal dunia di Tokyo 15 Agustus 1989, tepat 44 tahun sesudah takluknya Jepang dalam Perang Dunia II.
(Baca juga:Kisah Lucu Nasi Goreng Indonesia di Boston: Sudah Lapar Saat Baca Menunya Jadi Ragu-ragu)