Para peneliti kemudian menghitung jumlah telur yang dihasilkan dari masing-masing kondisi serta berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi kecoak betina untuk bertelur.
Peneliti menemukan, jika terus sendiri kecoak yang belum pernah kawin akan bertelur secara aseksual rata-rata setelah 13 hari.
Namun kecoak betina yang disimpan dalam satu tempat dengan kelompok kecoak betina lain akan melakukan partogenesis secara signifikan.
Mereka akan bertelur rata-rata dalam 10 hari.
Sementara kecoak betina yang ditempatkan dengan kecoak jantan yang telah disteril ternyata menunda proses bertelur dibandingkan jika mereka ditempatkan dalam wadah berisi kecoak betina.
Peneliti percaya bahwa betina melakukan sinkronisasi partenogenesis untuk memaksimalkan jumlah keturunan yang bertahan hidup.
"Partogenesis dapat menjadi strategi yang berguna untuk menghasilkan sejumlah keturunan berkelamin betina dengan cepat serta segera menjajah habitat baru," tulis peneliti dalam jurnal ilmiah yang terbit 13 Maret yang lalu seperti dikutip dari Daily Mail.
Fakta unik lain yang ditemukan, tak seperti kecoak jantan yang gemar berkelahi jika ditempatkan dalam ruang yang sama, kecoak betina ternyata lebih suka bekerjasama.
Kecoak betina memiliki perilaku kebersamaan dan menyelaraskan siklus reproduksi yang memungkinkan memproduksi lebih banyak telur-telur kecoak.
Peneliti percaya, perilaku ini merupakan contoh primitif kerjasama perempuan. (Monika Novena)