Find Us On Social Media :

Hitler Nyatanya Tak Terlalu Menyukai Perempuan Jerman dan Hanya Menganggapnya sebagi Mesin Pencetak Anak yang Efektif

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 1 Februari 2018 | 06:00 WIB

(Baca juga: Operasi Babilon, Serangan Udara Israel Paling Spektakuler yang Sukses Menghancurkan Reaktor Nuklir Irak)

Bahkan karena khawatir Jerman akan kekurangan sumber daya manusia, rezim Nazi mendorong kaum wanita untuk lebih banyak melahirkan anak.

Kontrasepsi maupun aborsi ditutup pintunya. Sebaliknya, bagi mereka yang punya banyak anak akan memperoleh tunjangan dan subsidi dari Magda Goebbels.

Magda Goebbels adalah istri Menteri Propaganda Josef Goebbels yang dijadikan model serta citra wanita Nazi ideal.

Dia tinggi, cantik, pirang, punya enam anak (yang akhirnya semuanya dia bunuh dengan racun di bunker Hitler menjelang runtuhnya Reich Ketiga).

Sejalan dengan itu, kaum perempuan Jerman pun dibatasi aksesnya untuk memasuki profesi yang secara tradisi banyak dikuasai kaum pria, seperti dokter dan guru.

Mereka juga dilarang menjadi anggota juri.

Alasan Nazi, “Karena mereka tidak dapat berpikir logis dan obyektif, dan hanya dikuasai dan dituntun emosi.”

(Baca juga: Kota Misterius Ini Hanya Muncul 100 Tahun Sekali dan Hanya Terlihat Selama Satu Hari)

Dengan cara pandang semacam itu, sesungguhnya Nazi hanyalah milik dan urusan kaum lelaki.

Dan sejarah membuktikan, perempuan tidak pernah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dalam Reich Ketiga.

Tatkala perang sudah di ambang pintu, kaum Nazi pun cemas dengan kemungkinan kekurangan tenaga kerja, terutama untuk industri persenjataan.

Karena itu kaum perempuan juga didorong masuk pabrik, meskipun hal itu berlawanan dengan konsep Nazi mengenai perempuan Jerman yang ideal.

Akibatnya, usaha pengerahan itu juga hanya jalan setengah hati dan gagal.

Lebih-lebih jika itu dibandingkan dengan negara-negara Sekutu yang berhasil memobilisasi tenaga kerja perempuan dalam industri perangnya.

Apalagi di Jerman, kaum lelakinya juga merasa lebih superior dan menganggap pekerja wanita di industri sekadar pelengkap saja.

(Baca juga: Prajurit TNI Angkatan Laut, Naik Pangkat Bukannya Diberi Bingkisan Malah Disemprot Air)