Find Us On Social Media :

Demi Damaikan Konfrontasi Indonesia-Malaysia, Benny Moerdani Rela Menyamar Jadi Penjual Tiket Pesawat

By Ade Sulaeman, Sabtu, 27 Januari 2018 | 15:30 WIB

Intisari-Online.com - Ketika Mayor Benny Moerdani ditugasi oleh Mayjen TNI Soerhato selaku Panglima Komandao Mandala Siaga (Kolaga) untuk secara rahasia membereskan konfliks Indonesia-Malaysia, kemampuan Benny sebagai seorang intelijen ternyata sangat menonjol.

Operasi rahasia yang dipimpin oleh Benny tidak dilaksanakan langsung dari Indonesia melainkan dari daratan Thailand yang berada di lambung belakang Malaysia.

Operasi itu terbagi dalam empat jenis, yakni operasi intelijen, operasi territorial, operasi kantong, dan operasi ganyang.

Operasi intelijen bertujuan mengumpulkan segala macam bahan-bahan intelijen, operasi territorial bertujuan membantu rakyat setempat yang menentang pembentukan negara Malaysia, operasi kantong merupakan pemindahan pasukan ABRI dari perbatasan masuk ke derah lawan secara clandestine, dan operasi ganyang merupakan aksi perongrongan oleh para gerilyawan di daerah lawan.

(Baca juga: Tusuk Konde Bu Tien, Rahasia Kewibawaan Pak Harto yang Perlu 'Ritual' Khusus untuk Mengambilnya)

Operasi khusus yang ditangani Benny ternyata lebih menonjol dan cenderung merupakan menyelesaikan konfrontasi Indonesia-Malaysia secara damai.

Benny yang saat berada di Thailand menyamar sebagai petugas tiket Garuda tugasnya tidak hanya secara diam-diam mengirimkan infiltran lewat Thailand tapi membangun kontak dengan tokoh-tokoh Malaysia yang pro damai.

Kontak pertama dengan tokoh Malaysia bernama Ghazali dilakukan Benny di Bangkok.

Kehadiran Ghazali sendiri saat itu didampingi Des Alwi, tokoh nasionalis Indonesia yang terpaksa melarikan diri ke Malaysia karena menentang kepemimpinan Bung Karno.

Dari dua orang yang ditemuinya itu, Benny yang sudah mendatangkan Ali Moertopo ke Bangkok, lalu membangun kontak lebih jauh lagi, yakni bertemu Menteri Pertahanan Malaysia, Tun Abdul Razak.

Des Alwi yang kemudian bertemu Abdul Razak ternyata mendapat sambutan positif karena Menhan Malaysia ini ternyata menginginkan penyelesaian secara damai.

Berbeda dibandingkan PM Malaysia Tunku Adul Rahman yang masih menginginkan konfrontasi.