Penulis
Intisari-Online.com- Ratusan warga Kenya mengadakan demonstrasi damai di rumah sakit umum terbesar pada selasa (23/1) kemarin.
Mereka menuntut atas tindak pemerkosaan dan pelecehan seksual pihak rumah sakit terhadap para pasien.
Wanjeri Nderu, aktivis hak asasi manusia memperkirakan lebih dari 500 orang menanggapi seruan ini pada media sosial.
Lebih dari 30 wanita yang mengaku pernah mengalami pelecehan seksual di rumah sakit.
Baca Juga:Wow! Di Jepang, Harga Daun Pisang Sangat Mahal, Ternyata Gara-gara Manfaatnya yang Luar Biasa Ini
Baca Juga:Bukan Cuma untuk 'Chat' atau 'Video Call', Kelak WhatsApp Bisa untuk Belanja
Seorang wanita bahkan mengatakan telah dibujuk dokter saat dia setengah sadar usai operasi.
Pihak rumah sakit membantah semua tuduhan tersebut, sementara menteri kesehatan Kenya telah memerintahkan penyelidikan di Rumah Sakit Nasional Kenyatta.
"Saya ingin memastikan bahwa kami telah menerima sebuah petisi untu dilihat dan ditinjau sesuai tindakan yang sesuai," kata juru bicara rumah sakit, Simon Ithai, dilansir dari ABC News (23/1).
Nderu juga memperingatkan para wanita yang akan menyusui untuk bepergian dalam kelompok, jangan sendirian.
"Kami ingin rumah sakit bertanggung jawab dan menyediakan fasilitas yang amann baik bagi ibu atau anak-anak," kata aktivis lainnya, Njeri Mwangi.
Para dokter di Kenya juga pernah memprotes bobroknya keadaan perawatan kesehatan masyarakat.
Kamar darurat di beberapa rumah sakit umum tidak memiliki sarung tangan atau obat-obatan.
Bahkan seringnya pemadaman listrik terkadang memaksa dokter menggunakan cahaya ponsel untuk bekerja.
Atas tuntutan yang tidak dikabulkan pemerintah itu, para dokter melakukan 100 hari mogok kerja.
Puluhan orang meninggal dalam pemogokan itu layaknya warga Kenya yang tak mampu berobat.
Pemogokan tersebut berakhir setelah pemerintah setuju untuk memenuhi sebagian besar tuntutan para dokter.
Baca Juga:(Video) 'Penjelajah Waktu' Ini Mengaku Datang dari Tahun 6000 dan Kembali Membawa Foto Ini