Penulis
Intisari-Online.com- Sudah puluhan tahun pil KB sebagai metode kontrasepsi bagi perempuan tercipta.
Penelitian terus berlanjut dan sepertinya belum ditemukanpil KB untuk pria.
Namun, dilansir dariDaiy Mail (19/1), kini para peneliti telah menemukan sebuah terobosan baru.
Mereka mengidentifikasi senyawa yang diklaim dapat mengatur protein kesuburan sperma.
Baca Juga:Pantas Banyak Pria Lebih Menyukai Wanita Lebih Tua Darinya, Ternyata Ini Alasannya!
Studi itu menemukan bahwa ekstrak tumbuhan yang digunakan oleh para pemburu Afrika sebagai racun di ujung panah dapat dijadikan pil KB untuk pria.
Senyawa yang dimaksud disebut adalah ouabain, sebagaimana disebut dalam jurnal terbitan American Chemical Society's Journal of Medicinal Chemistry.
Tapi, mengingat tanaman itu dapat memicu risiko kerusakan jantung, maka orang awam tidak dapat mengambilnya sendiri.
Ouabain ditemukan secara alami pada dua jenis tanaman Afrika: Acokanthera schimperi dan Strophanthus gratus.
Ekstrak, yang bisa diambil dari akar, batang, daun, dan biji-bijian, secara tradisional digunakan untuk panah beracun oleh suku-suku timur Afrika.
Zat ini juga diproduksi oleh tubuh mamalia (dalam dosis rendah) guna menekan tekanan darah.
Menurut penelitian yang menggunakan tikus sebagai percobaan, ouabain dapat memblok ion natrium dan kalsium dalam protein membran.
Sehingga, senyawa ini menjadi pemain penting untuk mewujudkan alat kontrasepsi bagi pria.
"Pendekatan yang menarik untuk mengembangkan kontrasepsi pria adalah penargetan protein yang penting untuk kesuburan sperma," ungkap jurnal tersebut.
Studi juga menemukan bahwa beberapa protein dalam sperma berfungsi mengatur kesuburan priadan meminimalkan efek samping beracun lainnya.
Baca Juga:Ingatlah! Menjawab Pertanyaan Bodoh Sama Saja dengan Memberikan Jawaban Bodoh
Karena ouabain tidak dapat digunakan secara tunggal, para periset merancang sejumlah analog yang bisa mengikat protein tanpa membahayakan jantung.
Untuk melakukan ini, mereka memindahkan kelompok gula dan mengganti kelompok laktonnya, sehingga menghasilkan turunan yang mampu menargetkan protein yang diinginkan pada sel sperma tikus.
Dengan mengikat protein tertentu dalam sperma akan mengganggu kemampuan sperma untuk berenang.
Hal itu akan membuatnya lebih sulit untuk membuahi sel telur.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa senyawa ini tidak memiliki toksisitas pada tikus.
Namun untuk sementara, penemuan ini belum mengumumkan untuk merealisasikan ide ini guna dikonsumsi masyarakat luas.