Penulis
Intisari-Online.com -Sudah jatuh tertimpa tangga. Setelah tahu suaminya didiagnosis AIDS, Susan Rodriguez juga positif terinfensi HIV.
Tapi yang membuatnya sangat terguncang pada hari-hari tergelap pada 1995 itu adalah tahu bahwa putrinya yang berusia 3,5 tahun juga menyimpan virus itu.
“Saya tidak tahu apa apa-apa tentang AIDS, juga tentang HIV,” ujar Rodriguez kepada The Post.
“Jadi ketika mereka semua datang ke saya, rasanya seperti sesuatu yang asing—dan saya harus mengikuti kursus kilat untuk mengetahuinya.”
Dan ia melakukan itu.
(Baca juga:Sering Ditolak, Sebenarnya Seperti Apakah Cara Pemulasaran Jenazah Pengidap HIV/AIDS?)
(Baca juga:Kisah Ibu Rumah Tangga yang Menyebut HIV dalam Tubuhnya adalah Anugerah Baginya)
Lulusan Brooklyn College, yang saat itu adalah ibu tiga anak, keluar dari pekerjaan jadi sekretaris dan memutuskan untuk lebih dalam memahami penyakit tak ada obatnya itu.
Ia mulai berjejaring dengan dokter, perawat, dan aktivis.
Dari situ ia, dan jaringannya, berniat mengenalkan “Universitas HIV” ke Harlem Timur yang punya angka risiko tinggi soal HIV.
Semua itu terjadi pada 20 tahun yang lalu.
Sejak musim dingin 1998, ribuan wanita di sekitar kota telah mengambil kelas bebas dalam hal apa pun.
Mulai dari penelitian medis, hak legal, seni, komputer dan memasak bisa didapat di SMART University alias Sisterhood Mobilized for AIDS/HIV Research & Treatment.
Banyak sekali yang mengikuti kelas bebas ini.
(Baca juga:Duh, Dibanding PSK, Ibu Rumah Tangga Ternyata Lebih Rentan Terinfeksi HIV)
(Baca juga:Lawan HIV/AIDS, Apple Rilis iPhone 7 Edisi Spesial yang Berwarna Merah)
Kembali ke Rodriguez. Suaminya meninggal dunia setahun setelah didiagnoisis positif AIDS; tapi ia dan anak-anaknya terus maju ke depan.
Pada 2005, putrinya Christina dan Samantha mendirikan SMART Youth untuk membantu remaja pria dan wanita dan orang dewasa muda yang terkena dampak HIV/AIDS.
Setelah keliling ke beberapa lokasi, SMART akhirnya menetap di East Harlem Neighborhood Health Action Center di 115th Street and Lexington Avenue.
Di antara banyak perempuan yang dilayaninya adalah Tara, korban kekerasan dalam rumah tangga yang lebih memilih tidak memberikan nama belakangnya.
Tara menemukan SMART tahun 2011, dengan harapan bisa belajar lebih banyak tentang penyakit yang telah menelan banyak keluarga dan teman-temannya.
Dari SMART Tara belajar memasak, ia tahu asparagus, tahu salmon, dan obesitasnya semakin berkurang.
Seiring waktu, seiring dengan masuknya imigran China, SMArt menyewa penerjemah bahasa Mandarin.
Dari itu semua, yang paling membuat Rodrigues bahagia adalah bisa melihat para perempuan dan orang-orang dengan HIV lainnya bisa tersenyum kembali.
(Baca juga:Charlie Sheen Positif HIV: Seberapa Bahaya Berhubungan Seks dengan Pengidap HIV?)