Find Us On Social Media :

Inilah yang Bakal Dirusak Oleh Gadget pada Tubuh Anak

By Yoyok Prima Maulana, Minggu, 14 Januari 2018 | 09:00 WIB

Intisari-online.com - Banyak orang pasti sudah tahu gadget atau gawai punya pengaruh buruk terhadap anak.

Sayangnya, pengaruh buruk seperti apa, masih belum banyak yang tahu dan kebanyakan hanya berbipikir berbahaya bagi mata.

Seorang dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangnkusumo, Jakarta, dr. Setyo Handryastuti, SpA(K) menegaskan, gawai punya beberapa pengaruh buruk bagi anak.

“Gawai hanya merangsang perkembangan kognitif tapi tidak pada perkembangan motorik kasar, halus, interaksi sosial, dan kemampuan berbicara atau bahasa,” paparnya.

BACA JUGA:

Sebagai dokter anak, dr. Handry sadar akan fenomena orangtua yang memberikan anaknya gawai agar mereka ‘anteng’.

Anak-anak yang penuh rasa ingin tahu pasti akan tertarik dengan gawai dengan layarnya yang berwarna cerah serta penuh dengan hiburan musik dan permainan.

Mereka hanya memerlukan keterampilan satu atau dua jari, lalu sudah bisa senang.

Masalahnya, keterampilan satu atau dua jari anak-anak itulah yang membuat mereka tidak berkembang secara maksimal.

Anak-anak perlu melatih keterampilan motorik kasarnya seperti keseimbangan, koordinasi, serta kemampuannya untuk tanggap terhadap stimulus yang ada di sekitarnya.

Mereka perlu bergerak, berlari, bahkan melompat. “Dengan gawai, kesempatan itu hilang,” ujar dr. Handry.

BACA JUGA: 

Otak anak yang sedang berkembang memerlukan rangsangan dari lingkungan sekitarnya.

Menurut dr. Handry, adanya gawai menghalangi rangsangan tersebut sehingga anak-anak jadi tidak mempedulikan sekitarnya.

Mereka tidak akan sadar jika ada yang memanggil nama mereka atau mengajaknya bermain.

Sebenarnya, orang dewasa juga sering seperti itu. Kadang, ketika sedang asyik dengan gawai, kita tidak menghiraukan hal-hal yang sedang terjadi.

BACA JUGA: 

Namun, karena perkembangan otak orang dewasa sudah matang, kita hanya perlu rangsangan suara untuk membawa ‘kembali’ ke dunia nyata.

Hal itu berbeda pada anak-anak. “Mereka bisa sangat tidak acuh dan tidak peka pada rangsangan sekitarnya,”ujar wanita lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. (Gita Laras Widyaningrum)

BACA JUGA: