Penulis
Intisari-Online.com – Berkeringat ketika beraktivitas biasanya wajar-wajar saja, karena merupakan akibat proses pengaturan suhu tubuh.
Jika suhu tubuh meningkat, misalnya, ketika sedang berlari-lari atau berjalan di bawah terik matahari, tubuh kita secara otomatis melepaskan panas berupa keringat.
Beda dengan keringat yang keluar berlebihan, dalam bahasa medis disebut hiperhidrosis.
Barangkali Anda pun pernah mengalaminya?
(Baca juga:Telapak Tangan Berkeringat Tanda Penyakit Jantung, Benarkah?)
(Baca juga:Gadis Ini Menderita Penyakit Langka yang Membuatnya Berkeringat Darah)
Telapak tangan basah; jangan disebutkan lagi ketiak, sampai malu karena membekas pada baju!
Saat itu Anda sedang supertegang menunggu giliran wawancara untuk lowongan pekerjaan.
Itu pertama kalinya Anda dipanggil oleh sebuah perusahaan multinasional, di sebuah gedung tinggi nan megah.
Hiperhidrosis macam ini dicetuskan oleh stres emosional.
Ada lagi hiperhidrosis lokal (hanya terjadi pada bagian tubuh tertentu), dan hiperhidrosis generalisata (di seluruh tubuh).
Tingkat keparahannya dinilai secara kuantitatif berdasarkan jawaban terhadap beberapa pertanyaan berikut:
Skala Keparahan Hiperhidrosis
(Baca juga:Apa Penyebab Vagina Berkeringat dan Bau Selama Berolahraga?)
(Baca juga:Robot Ini Bisa Push-Up dan Berkeringat Seperti Manusia)
“Mana yang lebih tepat menggambarkan efek keringat pada kegiatan sehari-hari Anda?”
Ada hiperhidrosis primer, ada pula hiperhidrosis sekunder. Pembedanya terletak pada si penyebab.
Pada hiperhidrosis primer, yang bermasalah hanya kelenjar keringat ekrin yang terlampau rajin memproduksi keringat, gara-gara saraf simpatis yang terlalu aktif.
Makanya paling sering terjadi pada telapak tangan dan kaki, serta ketiak, karena pada bagian-bagian tubuh ini banyak terdapat kelenjar tersebut.
Gangguan ini biasanya dimulai pada usia kanak-kanak hingga remaja.
Hiperhidrosis primer baru dikategorikan mengganggu jika terjadi terus-menerus dalam enam bulan, tanpa ditemukannya gangguan sekunder lain, dan setidaknya memenuhi empat kriteria di bawah ini:
(Baca juga:Hari Demam Berdarah Dengue: Bagaimana Penduduk Haiti Bisa Kebal Terhadap DBD?)
Namun, keringat berlebih juga dapat dicetuskan oleh banyak penyebab lain (penyakit atau obatobatan), yang disebut hiperhidrosis sekunder.
Misalnya: gangguan endokrin seperti diabetes melitus, hipertiroid, hiperpituitari (kelenjar pituari yang terlalu aktif ), beberapa penyakit saraf seperti Parkinson, cedera tulang punggung, stroke, malformasi Arnold-Chiari (kondisi di mana jaringan otak tumbuh ke dalam kanal tulang belakang) dll., adanya tumor jinak pada kelenjar adrenalin (pheochromocytoma), penyakit saluran pernapasan, tumor ganas, demam, menopause, dan gangguan psikiatri (kecemasan, dll).
Dari gejala-gejala awal, kita bisa memperoleh petunjuk awal tentang penyebabnya. Bila terjadinya dalam tubuh secara asimetris, maka perlu dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf.
Bila terjadinya menyeluruh, biasanya termasuk jenis hiperhidrosis sekunder.
Hiperhidrosis yang baru mulai muncul di usia tua perlu dilacak penyebabnya pada penyakit lain.
Hiperhidrosis sering kali dihubungkan dengan penyakit jantung. Meski tidak sepenuhnya benar, hiperhidrosis memang merupakan salah satu gejala hipertiroid yang gejalanya antara lain jantung berdebar-debar dan keringat berlebih.
Yang jelas, jangan remehkan ketika terjadi keringat berlebih.
(dr. Hernayati M. Hutabarat, Sp.KK., seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 2013)
(Baca juga:Kondisi-kondisi yang Harus Diwaspadai Orangtua ketika Si Kecil Demam)