Penulis
Intisari-Online.com - Sebuah fenomena alam unik terjadi di gurun sahara di wilayah Aljazair, Afrika Utara, Minggu (7/1/2018).
Gurun Sahara diketahui merupakan daerah terpanas di dunia, tetapi pada Minggu lalu sebagian wilayah tandus tersebut sempat diselimuti salju.
Salju turun di sekitar kota Ain Sefra, sekitar 760 kilometer sebelah selatan ibu kota Aljazair, Algiers.
Hingga tahun lalu, kota Ain Sefra untuk pertama kalinya mengalami hujan salju selama 37 tahun terakhir.
(Baca juga: Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL yang Misterius dan Sering Bikin Gentar Navy Seal AS)
Namun, ini adalah kali pertama kota tersebut mengalami tumpukan salju yang cukup tebal dengan jangka waktu yang relatif panjang.
Selain itu, di seluruh Sahara ini adalah kali kedua salju turun selama empat dekade terakhir.
Turunnya salju yang kemudian menumpuk setelah 45 cm itu mengejutkan sekaligus menyenangkan bagi warga kota kecil tersebut.
Salju mulai turun pada Minggu pagi setelah sehari sebelumnya badai menerjang kawasan tersebut.
Namun, salju hanya bertahan sore hari dan mencair ketika suhu meningkat.
"Kami sangat terkejut karena saat bangun tidur kami melihat salju yang bertahan hingga pukul 17.00 sebelum mencair," kata fotografer Karim Bouchetata.
Tahun lalu, kota yang berjuluk "Gerbang menuju Gurun" itu juga diselimuti salju beberapa hari setelah Natal dan langsung mengakibatkan kekacauan.
(Baca juga: 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi)
Banyak penumpang bus terjebak karena kendaraan itu tak bergerak akibat jalanan yang menjadi amat licin.
Sebelumnya, salju juga turun di Ain Sefra pada 18 Februari 1979. Kala itu salju yang menyelimuti kota hanya bertahan selama setengah jam.
Apa penyebab salju turun di Gurun Sahara ini? Badan meteorologi setempat memberikan penjelasan.
"Udara dingin bergerak ke selatan dari Afrika Utara selama akhir pekan lalu akibat dari tekanan tinggi di Eropa."
"Tekanan yang tinggi itu mengakibatkan udara dingin menyebar semakin jauh ke selatan, melebihi kondisi normal," tambah badan meteorologi.
Kota Ain Sefra terletak di ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut dan dikelilingi Pegunugan Atlas.
Sementara Gurun Sahara yang menutupi sebagian besar wilayah utara Afrika telah mengalami perubahan temperatur dan kelembaban selama beberapa ratus tahun terakhir.
(Baca juga: (Foto) Kisah Memilukan dari Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Everest)
Meski Sahara kini merupakan daerah yang amat kering dan tandus, diperkirakan kawasan ini akan kembali hijau dalam waktu 15.000 tahun mendatang.
Ada Apa di Sahara?
Fenomena ini tentu menimbulkan tanya bagi banyak orang, bagaimana bisa wilayah terpanas di dunia tertutup salju yang identik dengan dingin.
Apalagi bukit pasir merah tersebut diselimuti salju bertepatan dengan cuaca ekstrem di belahan dunia lain.
Lalu apa yang menyebabkan Sahara tertutup salju?
Ternyata peristiwa langka ini disebabkan oleh tekanan tinggi di Eropa. Tekanan tinggi tersebut menyebabkan udara dingin bergerak dari Afrika Utara ke Gurun Sahara.
Dilansir dari Forbes, Senin (08/01/2018), massa udara dingin tersebut kemudian naik 3280 kaki ke ketinggian Ain Sefra, sebuah kota yang dikelilingi oleh Pegunungan Atlas dan mulai bersalju pada Minggu pagi.
Ain Sefra sendiri dikenal sebagai "pintu gerbang ke padang pasir" yang memiliki suhu rata-rata 37,6 derajat celcius selama bulan Juli.
Hal itu membuat penduduknya lebih terbiasa dengan panas ekstrem dibanding salju.
Tapi salju yang turun di Sahara ini tidak bertahan lama karena menjelang sore suhu naik 5 derajat celcius.
Sebenarnya, peristiwa Sahara ditutupi salju bukan sekali ini terjadi. Sebelumnya, gurun sahara pernah mengalami hal ini pada 1979, 2016, dan 2017.
US Geological Survey (USGS) mencatat bahwa salju tidak jarang terjadi di dataran tinggi Afrika. Tapi mereka juga mengatakan bahwa salju "jarang jatuh" di tepi padang pasir.
"Meskipun suhu musim dingin [Ain Sefra] diketahui turun ke suhu 30 derajat, salju sama jarangnya dengan suhu dingin yang terjadi karena curah hujan di sana hanya beberapa sentimeter setiap tahunnya," kata agensi tersebut dikutip dari Huffington Post, Rabu (09/01/2018).
Meski begitu, Stefan Kropelin, seorang ahli geologi di Universitas Cologne, Jerman menyebut hampir tidak mungkin menghitung berapa kali turun salju di Sahara.
"Sahara sama besarnya dengan Amerika Serikat, dan hanya ada sedikit stasiun cuaca," kata Kropelin dikutip dari New York Times, Rabu (09/01/2018).
"Jadi konyol mengatakan bahwa ini adalah yang pertama, kedua, ketiga kalinya turun, karena tidak ada yang tahu berapa kali salju turun di masa lalu kecuali mereka berada di sana," imbuhnya. (Ervan Hardoko, Resa Eka Ayu Sartika)
(Baca juga: Pantas Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Everest Terlihat Memilukan, Ternyata 13 Hal Ini Yang Terjadi)
Artikel ini sudah tayang di kompas.com dengan judul “Salju Tebal Selimuti Gurun Sahara untuk Kedua Kalinya dalam 40 Tahun” dan “Mendadak Diselimuti Salju Setebal 40 Cm, Ada Apa di Sahara?”