Find Us On Social Media :

Khmer Merah yang Ingin Dirikan Negara Komunis Radikal Justru Digulingkan Vietnam yang Pernah Membantunya

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 8 Januari 2018 | 12:30 WIB

Setiap orang yang diangkap sebagai kaum cendekiawan, termasuk mereka yang bisa berbahasa asing, dibunuh.

Para pekerja profesional juga dibunuh. Tak hanya itu, siapa saja yang memiliki kacamata, jam tangan, atau yang memiliki teknologi terbaru saat itu juga tak luput dari maut.

Di bawah berbagai kekejian itu, jutaan rakyat Kamboja yang tak bisa melarikan diri dipaksa bekerja di berbagai sektor pertanian kolektif di pedesaan.

Antara 1975 hingga 1978, akibat kekejaman, kerja paksa, dan kelaparan yang ditimbulkan rezim Pol Pot, diperkirakan dua juta rakyat Kamboja meninggal dunia.

(Baca juga: )

Namun, kekuasaan Pol Pot tak berlangsung lama. Pada 1978, tentara Vietnam kembali menginvasi Kamboja dan berhasil menduduki Phnom Pehn pada 1979.

Vietnam kemudian membentuk sebuah pemerintahan komunis yang moderat, sementara Pol Pot dan pengikutnya mundur ke dalam hutan.

Pada 1985, Pol Pot secara resmi pensiun dari jabatannya tetapi masih dianggap sebagai pemimpin Khmer Merah dan terus bergerilya melawan Phnom Pehn.

Pada 1997, Pol Pot diadili oleh organisasinya sendiri setelah muncul perebutan kekuasaan internal yang menyingkirkannya dari pucuk kepemimpinan Khmer Merah.

Dia kemudian dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh "pengadilan rakyat" yang dikritik sebagai sebuah pengadilan yang sudah diatur.

Meski demikian, komunitas internasional berharap Pol Pot diekstradisi agar bisa diadili terkait kejahatan kemanusiaan yang ia lakukan.

Namun, hal tersebut tak pernah terjadi karena Pol Pot meninggal dunia dalam status sebagai tahanan rumah pada 1998.

(Baca juga: )

(Artikel ini telah dimuat di kompas.com dengan judul asli “Hari Ini dalam Sejarah: Vietnam Tumbangkan Rezim Brutal Khmer Merah")