Ketika Pemimpin Arab untuk Pertama Kalinya Menginjakkan Kaki di Tanah Israel

Ade Sulaeman

Penulis

Intisari-Online.com – Ketika lagu kebangsaan Mesir untuk pertama kalinya berkumandang di bumi Israel, Sadat dan Begin yang berdiri berdampingan menghadapi sorotan mata dari seluruh dunia itu menundukkan kepala masing-masing seperti menahan beban berat.

Peristiwa ini sampai ke seluruh dunia, namun sesuatu yang tidak disiarkan ialah dari mana kapel angkatan perang Israel belajar memainkan lagu kebangsaan Mesir.

Maklumlah lagu itu sebelumnya belum pernah mereka mainkan. Namun rupanya mereka tidak kehilangan akal.

Wakil Israel di New York, Ariel Amorai, masih sempat meminjam cassette dengan lagu itu dari perpustakaan PBB dan dibawa waktu ia pulang, kata Die Welt. Lagu itu dipelajari sepanjang malam.

(Baca juga: Kisah Pilu Marina Chapman: Dibuang ke Hutan, Dirawat Kera, Lalu Dijadikan Budak Seks)

Orang pertama yang diperkenalkan oleh Begin kepada tamunya adalah jenderal yang sebelah mata kirinya ditutupi kain hitam, Moshe Dayan.

Di sebelah Dayan berdiri Arieh Sharon, "jago" Israel dalam perang Kippur.

Kemudian tiba giliran Yitsac Rabin yang merebut Dinding Ratapan di Jerusalem, Ygal Yadin yang menyelamatkan Tel-Aviv dari serbuan Suriah, Ezer Weizmann yang dengan Mirage-Miragenya melawan Mig-Mig Nasser.

Tapi yang paling mengharukan adalah pertemuan dengan seorang wanita tua keriput.

Sadat mencium tangan wanita itu seraya berkata dalam bahasa Inggeris, "Sudah lama saya nantikan saat ini". "Saya juga,” jawab Golda Meir.

Wanita yang kini berusia tigaperempat abad itu pada tahun 1947 menyamar sebagai wanita Arab untuk menemui Raja Abdullah dari Transjordania untuk memohon agar perang dihentikan.

Selama 60 km antara lapangan terbang Ben Gurion dan Jerusalem, Presiden Mesir menyaksikan pemandangan spektakuler yang merupakan pertemuan mengharukan dengan sejarah Palestina selama 4000 tahun.

Sadat melihat menara runcing sebuah mesjid. Bangunan yang didirikan Soleiman Yang Agung itu direbut oleh Richard si Hati Singa, dimusnahkan oleh Saladin, dibangunkan kembali oleh orang-orang Mameluk, diambil oleh Napoleon Bonaparte.

(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)

Lalu pada tahun 1948, kota Ramleh itu penduduk Arabnya diusir dengan senapan mesin oleh orang Israel bermata satu yang tadi diperkenalkan kepada Anwar Sadat.

Sadat kemudian lewat di kaki sebuah bukit kering. Di belakang bukit itu ada tempat yang disebut-sebut dalam Injil sebagai tempat yang dihadiahkan oleh salah seorang Pharaoh Mesir untuk puterinya ketika menikah dengan Solomon.

Sadat disambut oleh sekelompok penghuni kibuts, kemudian kendaraannya masuk ke lembah.

Di atas lembah itu matahari pernah berhenti atas perintah Josua.

Tiba-tiba di puncak sebuah sisi Cadillac tahan peluru muncul pemandangan yang sangat mengesankan: Jerusalem.

Seperti ketika Amerika Serikat menciptakan negara Israel, kedatangan Sadat disambut rakyat dengan kegembiraan meluap-luap.

Orang-orang saling berciuman, menyanyi dan bergembira-ria. Penduduk yang saleh berkumpul di sinagoga-sinagoga untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan.

Di sebuah bank di Avenue George V ada pengumuman: bisa dibeli pon Mesir dengan kurs 20 pon Israel. Tiba-tiba semuanya mungkin terjadi. Orang bisa menilpon ke Kairo.

Di suratkabar Jerusalem Post ada iklan: Dijual rumah indah dengan 14 ruangan, terletak di daerah perumahan. Harga berdamai.

Cocok untuk kedutaan Mesir. Hubungi Avi Cohen, perusahaan dagang tanah dan rumah Sharon.

Ketika turun di muka hotel "King David", Sadat lama sekali berdiam diri menikmati pemandangan yang menakjubkan: menara-menara mesjid, kubah-kubah, lonceng-lonceng gereja di bawah sinar bulan.

Kemudian ia dan Begin berada di tingkat enam. Sadat mendapat "suite kerajaan" dan di ruang duduk yang mebelnya model Perancis, ia dan Begin duduk berdua untuk berkenalan.

Meja makan di suite itu satu-satunya tempat di mana tidak disajikan makanan Yahudi di hotel tersebut.

Menurut Los Angeles Times Presiden Mesir itu khusus minta dapur sendiri dalam suite dan membawa koki sendiri.

Ini merupakan satu-satunya permintaan khusus menurut jubir hotel. Akibatnya dapur itu harus cepat-cepat dibuat.

Namun dekor antik Perancis dalam suite itu masih tetap sama seperti waktu Richard Nixon berkunjung ke Jerusalem tahun 1972.

Menurut ukuran standar seorang presiden suite itu tidak besar. Hanya terdiri dari kamar tidur, ruang duduk dan sebuah ruang makan yang semua dihias oleh seniman Israel kontemporer.

Namun barang baru ialah tiga tilpon langsung yang menghubungkan Hotel "King David" dengan istana Kairo.

Omong-omong tentang tilpon. Pemerintah Israel telah memasang 200 tilpon langsung ke semua bagian dunia untuk para wartawan.

Tilppn-tilpon itu dipasang di Jeruralem Municipal Theater yang disulap menjadi pusat pers selama kunjungan President Sadat di Israel.

Di sebelah tilpon memang di taruh bon, tetapi menurut jubir perusahaan tilpon hanya sekedar agar orang jangan bicara jarak jauh lama-lama.

Soalnya sudah direncanakan bahwa kwitansi tilpon tidak akan ditagih.

Tilpon langsung itu merupakan suatu keharusan, karena Israel hanya mempunyai 36 jam untuk mempersiapkan fasilitas bagi 2000 wartawan yang datang untuk mengcover peristiwa itu.

Serpis tilpon biasa melalui operator internasional atau instalasi pribadi tidak akan memadai.

Karena itu 2000 tilpon itu langsung dipasang pada switchboard yang mempunyai 600 sambungan dengan dunia luar melalui kabel ke Marseilles.

Keesokan harinya, suara azan menggema dari menara-menara, lonceng-lonceng gereja berdentang dan shofar berkumandang dari sinagoga-sinagoga.

Semuanya bersatu di langit kota Jerusalem. Anwar Sadat diiringi 2000 wartawan berjalan di lorong-lorong kota tua ini.

Sadat berhasil melaksanakan keinginan raja Faisal dari Saudi-Arabia, yaitu menjadi pemimpin Arab pertama yang menginjakan kaki di kota suci yang direbut musuh ini.

Sadat sembahyang di mesjid Al Aqsa yang berkubah keperakan dan terletak di karang merah itu bertepatan dengan hari Idul Adha.

Lalu Sadat mencapai puncak gunung Moriah. Sementara itu di Tripoli, Beirut, Bagdad sampai Kuwait, pemimpin-pemimpin Arab lain menentang kunjungan Sadat ini.

Raja Saudi-Arabia, penyokong utama Sadat sekali inipun tidak setuju dengan tindakan sahabatnya. Bahkan Amerika cuma memberi persetujuan di mulut.

Reaksi Soviet sulit ditafsirkan. Cuma Maroko yang memberi semangat.

Dalam kunjungan ke Jerusalem untuk bersembahyang di mesjid Al Aqsa, Sadat membawa tongkat yang dipakainya ke Mekah.

Tongkat bergelombang itu merupakan tongkat tradisionil seorang pejiarah.

Orang-orang Yahudi yang berasal dari negara-negara Arab menyambutnya dengan lagu-lagu rakyat Arab tentang perdamaian dan persaudaraan serta sanjak-sanjak Arab.

Bagian kota yang didiami orang-orang Yahudi penuh hiasan warna-warna Mesir. Bagian kota yang didiami bangsa Arab sepi sekali.

Tentara Israel dengan senjata terkokang menjaga lorong-lorong kosong dari atap rumah-rumah.

Mereka tergabung dalam kelompok 'Operations Sha-A-R 77' huruf-huruf pertama dari Shalit Aravi Rishon, yang berarti penguasa Arab yang utama.

Mungkin orang masih teringat bahwa raja Yordania Abdullah tahun 1951 ditembak oleh seorang pembunuh bayaran atas perintah dari golongan Nasionalis Palestina.

Dalam rangka keamanan itu juga Presiden Sadat naik mobil Cadillac dengan kaca anti peluru waktu masuk kota.

Mobil sama seperti yang digunakan bekas menlu Amerika Henry Kissinger.

Ternyata Anwar Sadat dan Menahem Begin punya beberapa persamaan. Kedua-duanya mengangkat senjata melawan Inggeris.

Tahun 1942 Sadat dijatuhi hukuman karena dituduh menjadi mata-mata Jerman oleh Inggeris.

Begin, Jahudi kelahiran Brest-Litovsk di Polandia itu, tahun 1944 berada di Israel sebagai pendiri "Irgun", organisasi teroris yang punya 60 pistol dan menyatakan perang pada Inggeris di Palestina.

Ia merupakan orang yang dicari-cari polisi Inggeris dan barangsiapa yang bisa menyerahkannya kepadanya dijanjikan hadiah 10 ribu ponsterling.

Dua-duanya dinyatakan profasisme oleh lawan-lawan politik mereka.

Anwar Sadat dan Menahem Begin sama-sama "bapak keluarga" yang menikmati kebahagiaan di tengah keluarganya.

Sadat mempunyai empat orang anak: Lubna 26 tahun, Gamal 25 tahun, Noha 24 tahun dan Jihan 20 tahun. Kecuali Gamal, putera si tunggal, yang lain sudah menikah.

Lubna menikah dengan Abdel Khalek Ghafar tahun 1974, pada saat Mesir dan Israel menandatangani perjanjian di km 101 Sinai.

Jihan menikah dengan anak teman baik Sadat: Ahmed Osman.

Kalau akhir minggu, mereka semua pergi ke rumah peristirahatan keluarga di Ismailia, dekat Terusan Suez.

"Kami minum teh di beranda dan semua bahagia", kata Sadat. Walaupun tempat itu sebagian dirusakkan oleh perang Kippur, tapi tetap merupakan tempat yang dicintainya.

Di sanalah ia pertama kali melihat Jihan isterinya. Ny. Sadat putera seorang pegawai bank di Kairo.

Ibunya wanita Inggeris. Ia menikah ketika berumur 16 tahun.

Begin mempunyai seorang putera dan dua orang puteri. Benyamin yang berumur 35 tahun sudah punya 5 puteri dan saat ini sedang menyiapkan doktoratnya dalam geologi di Amerika Serikat.

Hassia yang berumur 32 tahun sudah punya 3 orang puteri. Suaminya, Matti Millo adalah seorang pengusaha pabrik es krim yang terkenal di Israel.

Lea yang berumur 29 tahun belum menikah. Ia menjadi pramugari El Al.

Ny. Begin sama-sama berasal dari Polandia seperti suaminya.

Sadat dan Begin sama-sama bekas tentara. Sadat termasuk salah seorang perwira muda yang menggulingkan Raja Farouk bersama Nasser bulan Juli 1952.

la menggantikan Nasser sebagai Presiden 15 Oktober 1970. Begin yang sejak muda sudah berkacamata itu tadinya tentara Polandia yang tahun 1944 "pulang" ke Israel untuk ikut mendirikan negaranya di "tanah sengketa".

Tahun 1948 dalam penyerbuan ke desa Deir Yassin, pertahanan Arab, ia menyebabkan 250 orang mati, termasuk wanita dan anak-anak Palestina.

Mereka hanya berbeda dalam latar belakang keluarga. Sadat putera petani, Begin intelektuil burjuis yang lahir di Polandia.

Noha, salah seorang puteri Presiden Sadat diharapkan akan melahirkan dua minggu lagi ketika ayahnya pergi ke Israel.

Ia mengurung diri di kamar, menonton televisi. Ketika ayahnya tampak menyusuri jalan-jalan sempit di Jerusalem untuk pergi ke Al Aqsa, Noha yang tegang karena takut ayahnya ditembak, merasa perutnya sakit.

Pada hari Idul Adha itu juga ia melahirkan seorang bayi perempuan, yang diberi nama Jihan, seperti nama Ny. Sadat.

Begitu tiba di Kairo kembali, hal pertama yang paling ingin dilakukan Sadat ralah menggendong cucunya. "Anak ini akan jadi anak perdamaian, pasti " katanya.

Ketika utusan khusus Paris Match, Georges Menant datang untuk mewawancara Sadat, maka sebelum pembicaraan dilakukan, Sadat memperlihatkan dulu "bayi perdamaian" yang didukung Ny. Sadat menuruni tangga marmer istana.

Sadat menyentuh hidung sang bayi dan mengucapkan kata-kata lembut untuk memanjakan Jihan kecil yang lahir 2 minggu lebih cepat dari perhitungan biasa.

Menurut Dominique Lapierre dalam majalah Paris Match, peristiwa datangnya Sadat ke Israel cuma bisa dibandingkan dengan peristiwa Neil Amstrong menjejakkan kaki di bulan.

"Perbandingan ini tidak dibesar-besarkan", katanya. Soalnya Israel dan negara-negara Arab seperti terletak di planet berbeda. Israel tidak ada dalam peta mereka.

Jabatan tangan antara Anwar Sadat dari Mesir dengan Menahem Begin dari Israel dianggapnya melambangkan rujuknya kembali dua bangsa bermusuhan yang disebut-sebut dalam buku suci masing-masing. Tetapi entah bagaimana kelanjutannya.

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 1978)

(Baca juga: Anwar Sadat yang Dipuja, Dibenci, dan Dibunuh Tentaranya Sendiri)

Artikel Terkait