Penulis
Intisari-Online.com – Selagi krisis ekonomi belum mereda, tiba-tiba suatu hari di bulan April 1977 semua koran Uganda memuat foto seorang wanita tanpa busana.
Ternyata itu atas instruksi Amin.
Rakyat Uganda dipersilakan memutuskan sendiri apakah itu foto Elizabeth Bagaya?
Kisah tentang Elizabeth menjadi menarik, karena ia bukan saja putri raja terakhir dari Toro, salah satu wilayah di Uganda, tapi juga wanita cantik mantan foto model top kelas dunia yang juga pengacara lulusan Inggris.
Si cantik ini sempat menjadi menteri luar negeri selama 10 bulan sampai dipecat pada bulan November 1974.
(Baca juga:Idi Amin, Tentara Bagian Dapur yang Menjadi Presiden Melalui Kudeta Banjir Darah di Uganda)
Menurut Amin, dosanya berderet: bermain cinta dengan orang kulit putih di salah satu WC di Bandara Orly, Paris, menyalahgunakan uang negara, dan menjadi foto model telanjang untuk beberapa majalah.
Walaupun Elizabeth menyangkal dan Amin tak sanggup membuktikan semua tuduhannya, tetap saja si putri harus meringkuk di penjara.
Untunglah, akhirnya ia dapat lolos ke Kenya untuk akhirnya pindah dan ngumpet di London.
Isu yang beredar di Kenya, semua ini gara-gara Elizabeth emoh berasyik masyuk dengan Amin.
Idi Amin memang cukup "doyan". Istri pertamanya Sarah, atau Mama Maliam, dikawininya pada tahun 1958.
Yang kedua, Kay, ketiga, Norah. Medina dikawininya pada tahun 1971.
Di awal tahun ‘74 ia ceraikan ketiga istrinya yang pertama, sehingga tinggal Medina.
Pada 1 Agustus 1975 ia pun menikah lagi dengan Sarah (19), seorang pembalap anggota pasukan Berani Mati Angkatan Darat Uganda.
Dengan Sarah lnilah ia pada bulah Agustus 1978 mengikuti reli mobil "Perang Ekonomi" dan menyerahkan kendali pemerintahan sementara kepada Medina.
Tapi 4 bulan kemudian, ia dikabarkan menikah lagi dengan Babirye, berusia 20 -25 tahun, putri seorang usahawan Uganda.
Waktu itu Amin sudah mempunyai 34 anak.
Orang jadi ingat pada tahun 1977 kepada seorang wartawan Denmark ia mengaku ingin punya 400 anak, selain bahwa dirinya orang paling berkuasa di Afrika.
(Baca juga:Lewat Sepeda Motor, Pria Ini Jadi 'Perpustakaan Berjalan' untuk Anak-anak Uganda)
(Baca juga:Godfrey Baguma, Pria Paling Jelek se-Uganda yang Sudah Dua Kali Menikah dan Punya Delapan Anak)
Anaknya 43 orang
Ironisnya, setahun kemudian, Oktober 1978, Idi Amin berhasil digulingkan oleh tentara nasionalis Uganda yang dibantu Tanzania.
Amin kabur, mula-mula ke Libya, kemudian menetap di suatu tempat di Arab Saudi sampai kini.
Setelah 15 tahun dalam pengasingan, South China Morning Post edisi 20 Februari 1993 memuat laporan Tom Stacey yan g baru-baru ini mewawancarainya.
Ia hidup bersama 9 anak dan Mama ‘a Chumaru, ibu dari ke 4 anaknya yang terkecil.
September lalu, Chumaru baru melahirkan anak bungsu Amin, yang ke-43.
"Punya satu istri saja ternyata lebih ehak," kata Amin.
Bagaimana dengan istri-istrinya yang lain?
"Ketika saya bukan presiden lagi, beberapa dari mereka sudah tak mau lagi dengan saya. Saya terima saja."
Dengan mobil Chevrolet-nya, Amin mengajak Stacey berkeliling-keliling.
Tanpa pengawal. Di kantor penerbangan setempat, Amin langsung disambut gembira oleh petugas bagian tiket, "Sheik Amin!"
Amin malah sempat main tinju-tinjuan dengan salah seorang sampai cangkir teh orang itu terjatuh.
Ensiklopedia Britannica menyebutkan angka 100.000 - 300.000 orang yang dianiaya dan dibunuh sepanjang pemerintahan Idi Amin.
Ketika diingatkan tentang pembunuhan dan kekejaman itu, Amin yang tak pernah lupa sembahyang 5 waktu dan selalu mengenakan dishdasha (jubah khas Arab) dan kopiah menjawab, "Anda 'kan tahu. Tentara."
(Baca juga:Perempuan Telanjang Berbelanja: Ini Alasan Ilmiah Kenapa Muncul Rasa Malu Saat Telanjang Di Depan Umum)
"Adakah yang Anda sesali?"
"Bagian intelijenlah yang paling banyak membuat kesalahan. Biro Riset Negara. Mereka bahkan merencanakan akan membunuh saya."
Menurut Amin, biasanya hal-hal buruk selalu disembunyikan dari orang yang berkuasa.
"Ketika saya akhirny tahu tentang biro itu, sudah terlambat."
Toh David Martin dalam sebuah artikel di South China Morning Post semasa Amin belum jatuh membeberkan bagaimana Idi Amin sebenarnya mengetahui sepak terjang oknum-oknumnya.
Ia pun mengaku tidak berniat jadi presiden. Tentaralah yang meminta kesediaannya.
Tapi mengenai pengusiran orang-orang Asia, "Mereka terlampau berkuasa dan terang-terangan mencembohkan kaum kami," katanya tanpa penyesalan.
Ibarat bintang film, Idi Amin telah puas berperan, dari tokoh film horor sampai kartun. Lakon hidupnya kental dengan banyolan, kengerian, sekaligus keluguan.
Dunia dengan lega melihat hidupnya, telah "berlalu", tapi cuma Idi Amin sendiri yang tahu bagaimana ia berdamai dengan masa lalunya. (Dari berbagai sumber/Lily)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 1993)
(Baca juga:AI Ini Kebingungan Membedakan Gambar Gurun Pasir dan Wanita Telanjang)