Find Us On Social Media :

Tjokroaminoto, Jago Berkelahi Tapi Cintanya Kepada Indonesia Tak Pernah Mati

By Yoyok Prima Maulana, Rabu, 20 Desember 2017 | 09:00 WIB

HOS Tjokroaminoto Tak Akur dengan Mertua

Intisari-online.com - Haji Omar Said Tjokroaminoto pernah diundang memberikan amanat pada rapat dokter-dokter Jawa di Surabaya. Rapat untuk memprotes diskriminasi pemerintah kolonial.  Dokter Jawa gajinya kalah besar dengan mantri jururawat Belanda.

Hadir juga dalam rapat tersebut polisi-polisi PID dan dokter Tarn, direktur Rumah Sakit CBZ Surabaya.

Giliran Pak Tjokroaminoto tiba. la naik mimbar dengan "... muka seperti singa, mata kanannya tidak berhenti berkejap-kejap, menandakan penuh buah pikiran dan isi dada yang hendak dilahirkan."

Hadirin menyambut riuh, rakyat di luar bergemuruh. Lalu sunyi, semua orang menahan napas. Apa yang hendak diamanatkan oleh pemimpin rakyat tersebut?

BACA JUGA: 

"Kalau tuntutan Saudara-saudara dokter Jawa bangsa kita yang saya pandang adil itu tidak dikabulkan oleh pemerintah, maka saya nasehatkan kepada Saudara-saudara dokter bangsa kita, supaya serentak meletakkan jabatannya sebagai budak yang tak berharga. Terjunlah di kalangan masyarakat, pimpinlah rakyat di desa-desa dan terimalah menjadi "dukun" rakyat dengan pembayaran setalenan tiap-tiap pasien.... Terjunlah jadi dukunnya rakyat kaum tani di desa-desa."

Hadirin bersorak menyambut sambil bertepuk tangan riuh dan berteriak, "Betul, betul, jadi dukun saja Mas Dokter, jangan khawatir kelaparan." Amanat Pak Tjokro tersebut sekaligus menunjukkan kepribadiannya. Cinta rakyat, anti penindasan dan berani blak-blakan.

Dan kata-kata itu diucapkan dengan suara baritonnya yang menurut F. Dahler, seorang tokoh Indische Partij, "membuat ribuan pendengarnya menjadi keranjingan, nggandul (bergantung) pada bibirnya, yakin dan bergelora hatinya."

Sosok Tjokroaminoto memang menarik. Tampangnya tinggi bregas (tangkas agak kasar). Kedua matanya terletak agak dalam, menerobos ke lubuk hati kalau sedang memandang. Dahinya lebar, bibirnya terkatup tebal dan keras. Kulitnya kuning.

Semakin mengkaji riwayat hidup tokoh nasional tersebut, semakin tampak kebenaran kata-kata Bung Karno, "Terutama sekali Tjokroaminoto termasuklah salah seorang guru saya yang amat saya hormati. Kepribadiannya menarik saya dan Islamismenya menarik saya pula, oleh karena tidak sempit."

H.O.S. Tjokroaminoto keturunan Kyai Ponorogo yang terkenal karena kealiman dan pesantrennya, yang kemudian kawin dengan seorang putri Sunan Paku Buwono II dari Surakarta. Ayahnya, Raden Mas Tjokroamiseno, Wedana Kleco, Madiun. H.O.S. putra kedua, saudaranya semua ada sebelas.

BACA JUGA: