Penulis
Intisari-Online.com -Nenek Hansamu baru saja menerima bantuan satu unit pondok beserta isinya dari komunitas warga Tionghoa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Nenek 70 tahun itu mendapat bantuan setelah kisah hidupnya yang miris tersebar luar ke khalayak.
Nenek Hasamu terpaksa tinggal di hutan belantara lantaran rumah peninggalan almarhum suaminya dijual anak-anaknya tanpa sepengetahuan dirinya.
(Baca juga:Nenek 70 Tahun Ini Sudah 28 Tahun Tak Mengonsumsi Gula, Hasilnya Sungguh Luar Biasa)
(Baca juga:Romantis, Pasangan Kakek Nenek Ini Rayakan Perkawinannya yang ke-85. Ini Resepnya)
Selama bertahun-tahun, Nenek Hasamu kemudian memilih tinggal di hutan seorang diri sambil berkebun singkong dan menanam sayuran.
Hasil kebun itulah yang dimakan Hasamu, selain pemberian bantuan beras dari warga yang bersimpati.
Baru-baru ini, kisahnya hidup nenek yang berasal dari Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, itu tersebar secara luas dan didengar oleh khalayak ramai.
Salah satunya adalah Komunitas Paguyuban Sosial Warga Tionghoa (PSMTI) yang ada di wilayah tersebut.
PSMTI kemudian mendatangi pondok nenek Hasamu yang terbuat dari ranting kayu dan pelepah nipa.
Mereka menyerahkan uang tunai, pakaian sembako, serta perlengkapan dapur seperti kompor gas.
Selain itu, mereka menyerahkan satu unit pondokan berukuran 3 X 5 meter agar nenek Hasamu bisa hidup lebih baik.
Hasamu mengaku bahagia atas bantuan tersebut. Ia tak henti-hentinya mengucap syukur dan terima kasih kepada warga Tionghoa yang peduli dengan kondisi kehidupannya.
“Terima kasih, Nak, semoga Tuhan membalasnya yang lebih baik,” tutur nenek Hasamu dalam bahasa Mandar.
Charly, Wakil Ketua PSMTI Cabang Mamuju mengaku sangat prihatin melihat kehidupan nenek Hasamau.
Ia kemudian berinisiatif menggalang dana bantuan bersama anggota PSMTI di Mamuju.
(Baca juga:Sedih, Hidup Sebatang Kara, Nenek Niarti Minum Air Rebusan Batu Demi Bertahan Hidup)
(Baca juga:Salut, Para Bocah SD Ini Beri ‘Hadiah Bedah Rumah’ untuk Nenek yang Hidup Sebatang Kara)
“Melihat kondisi kehidupannya yang sangat memprihatinkan membuat kami komunitas Tionghoa di Mamauju terpanggil untuk ikut membantu membangun pondok yang lebih layak untuk nenek Hasamu agar ia bisa tidur lebih nyenyak,” ucap Charly.
Sebelumnya, gubuk yang ditinggali nenek Hasamu dibuat sendiri sejak tiga tahun lalu. Kondisinya sangat memprihatinkan.
Gubuk berukuran sekitar 2 X 3 meter ini hanya beratapkan daun nipa yang sudah bocor di sana sini.
Dindingnya terbuat dari pelepah nipa dan anyaman bambu yang juga sudah mulai lapuk.
Meski hidup susah, nenek Hasamu enggan mengemis atau tinggal di rumah warga yang bersedia menampungnya.
Ia mengaku tak ingin menjadi beban hidup orang lain meski dirinya sudah tak mampu untuk bekerja karena faktor usia.
(Junaedi)
(Artikel ini sebelumnya tayang di Kompas.com dengan judul "Nenek Sebatang Kara yang Tinggal di Hutan Dapat Bantuan Pondok Beserta Isinya")