Penulis
Intisari-Online.com – Itulah pengakuan si pencipta senjata AK-47 yang terkenal dan terbukti ampuh di berbagai medan peperangan.
Lebih-lebih setelah ia tahu bahwa senjata tersebut digunakan untuk adu senjata antar beberapa negara bekas Uni Soviet.
Sebenarnya tujuan awal Mikhail Timofeyevich Kalashnikov merancang AK-47 bukanlah untuk melukai orang melainkan demi mempertahankan tanah air.
Dari deretan tokoh-tokoh Rusia yang terkenal di dunia, bisa jadi namanya jarang diucapkan orang.
(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
(Baca juga:Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)
Tapi kalau AK-47, sebutan bagi senjata otomatis laras panjang bermagazin melengkung ke depan, bisa dipastikan semua orang tahu.
Dari penjahat teri, teroris kelas kakap sampai pasukan elite negara mana pun pasti pernah memegangnya, atau bahkan menggunakannya.
Senapan Kalashnikov memang bukan sekadar senjata.
Tetapi sudah merupakan legenda, tambang emas, lambang kebebasan dan kekerasan, bahkan lambang kematian yang membabi buta.
Senjata itu telah mengubah cara berperang tentara Soviet.
Soalnya, AK itu murah, mungkin sama nilainya dengan harga sebotol brendi bermutu tinggi. la bisa digunakan kapan dan di mana saja.
Medan berpasir, berair dan es, bahkan hutan. Ada berbagai cerita mengenai kehebatan senjata ini. Meski sudah terkubur atau terendam dalam rawa, bisa menyalak kembali.
Ada pula cerita mengenai bagaimana AK selalu bisa dibuat hidup kembali dengan cara distarter, seperti sepeda motor, atau dengan mendorong beberapa batu kerikil ke dalam larasnya memakai batang pembersih.
Siapa pun bisa belajar menggunakan sebuah AK-47 dalam waktu dua atau tiga menit saja. Tidak berlebihan kalau menyebut ini senjata yang sempurna, baik bagi pasukan amatir maupun bagi infantri profesional.
(Baca juga:Perang Arab-Israel, Perang Berkepanjangan yang Tak akan Berhenti Sebelum Warga Palestina Merdeka)
(Baca juga:Perang Arab-Israel 1948, Perang yang Berujung pada Pengukuhan Kemerdekaan Israel secara Sepihak)
Selama Perang Vietnam, tentara Amerika mengambili senapan Kalashnikov dari tentara lawan yang mati, lalu membuang senapan M16 milik mereka.
Para pemberontak di Rwanda yang masih remaja pun bawaannya AK. Di Sudan, ada sebuah lagu mars yang kasarnya kira-kira begini: "Duit tak ada, kau jadi sampah, tanpa sebuah Kalash.”
Di Hongkong, pernah ada sebuah geng perampok perhiasan mengacung-acungkan senjata AK-47 buatan Cina di Nathan Road yang ramai, menembak mati seorang wanita pejalan kaki, dan melukai seorang polisi.
Di Amerika Serikat, geng-geng perusuh di kota-kota besar dilengkapi dengan AK-47.
Juli 1995, setelah dengar pendapat di kongres yang seru, impor senjata itu dilarang, bersamaan dengan impor atau produksi 18 jenis senjata pembunuh lain.
Padahal desain Kalashnikov muncul dari tempatnya di Izhmash, hanya lewat jalur koneksi. Maklum, semua "teman" Uni Sovyet diberi desain AK-47, sehingga belasan versinya pun bermunculan.
Orang Finlandia membuat versi sendiri, seperti juga orang Israel.
Bahkan senjata Cekoslowakia, model 58, meskipun prinsipnya benar-benar sangat berbeda, dibuat mirip AK, supaya laku.
Hingga hari ini, entah sudah berapa ratus juta senjata yang dibuat dengan gaya Kalashnikov. Satu hal yang tak pernah dibayangkan oleh Kalashnikov ketika ia memulai kariernya di ketentaraan tahun 1941.
Seandainya tak ada PD II
Wajar memang, nama kecil yang amat berperan sering kali justru tenggelam di balik kepopuleran sebuah nama yang sudah terlanjur beken.
Bahkan semangat yang melatarbelakangi awal penciptaanya pun semakin terkalahkan dengan segala tindak kekejian lewat benda ini yang mengatasnamakan kekuasaan dan kemanusiaan.
Adagium ini barangkali cocok dengan kisah Kalashnikov dan senapan AK-47. Kehidupan Kalashnikov jauh dari ingar bingar ketenaran serta reputasi emgs senjata ciptaannya.
Para tetangga di Izhevsk, kota berpenduduk sekitar 635.000 jiwa, mengenalnya tidak lebih daripada seorang pegawai negeri biasa.
Namanya boleh melambung di dunia, tetapi membayar ongkos naik pesawat ke Moskwa saja ia tak mampu. Sejak berdiam di Izhevsk tahun 1949 ia hidup secara sederhana dalam rumah kecil.
Lebih dari 50 tahun lamanya ia mengabdikan diri sebagai pekerja di pabrik senjata Izhmash yang punya karyawan 2.000 orang.
Namun 10 tahun terakhir ini Kalashnikov tinggal sendirian.
Royalti yang diperoleh sebagai penemu AK-47 hanya 41 rubel. Padahal sudah 70 juta buah senjata yang dimodifikasi dari rancangannya.
Kalashnikov masih berpangkat sersan kavaleri berusia 22 tahun ketika cedera dalam pertempuran di Bryansk. Terobsesi dengan persenjataan Jerman yang hebat, selama dalam perawatan di rumah sakit dilalapnya buku-buku mengenai desain senjata.
Beberapa sketsa desain senapan sempat dibuat di atas ranjangnya. Beberapa tahun seusai perang ia habiskan waktu membuat prototip sederhana yang kemudian diajukannya ke Institut Penerbangan di Alma-Ata.
Ternyata tanggapan pihak yang berwenang amat positif. Ia lantas dikirim ke Moskwa untuk mengadu ide dengan para desainer terbaik Uni Sovyet. Pada tahun 1947, Avtomat Kalashnikov, AK-47, lahir dan diproduksi.
"Inovasinya pertama adalah pemakaian peluru pendek berukuran 7,62 x 39 mm, lebih kecil dan ringkas," kata Paul Cornish, seorang kurator senjata di Imperial War Museum di London. Pilihan gas juga bisa dipakai sebagai tenaga penggerak senjata ini.
Gas dari setiap putaran didaur ulang ke dalam piston dan digunakan untuk pengisian peluru berikutnya. Jadi senjata itu bekerja dengan prinsip yang sama seperti senapan mesin. Kelebihannya, cukup ringan untuk dibawa-bawa.
"Kedua hal itu, ditambah desain yang amat sederhana merupakan kegeniusan Kalashnikov. Begitu temuannya didengar orang, semua, meminta lisensi yang diberikan dengan mudah.
Negara-negara Pakta Warsawa, Finlandia, Korea Utara, Cina, misalnya memproduksi 20 juta buah dalam waktu lebih dari 35 tahun, yang sebagian besar diekspor. Ironisnya, senjata ini belakangan digunakan untuk melawan tentara Rusia di Afghanistan."
Hobinya berburu
Di sebuah vila kecil di luar kota, pemberian dari sebrang pejabat partai yang iba atas nasibnya, Kalashnikov sering melewatkan waktu bekerja dengan mesin bubut.
Ada saja yang bisa dikerjakannya. Kalau cuacanya bagus, ia pergi berburu moose, sejenis rusa besar, bersama para sobatnya.
Seperti hari itu di bawah suhu -7°C, bersama Valerntin Sokolov ahli petemakan, Yuri pemilik pondokan bersama anjing Eskimonya, dan Peter, putra Kalashnikov, perancang senjata juga, mereka mengadakan perjalanan perburuan ke kaki Pegunungan Ural, 150 km jauhnya.
Konvoi kecil berupa sebuah mini van dan 2 jip militer, berangkat. Biasanya, Kalashnikov yang duduk di samping putranya, lebih memilih bersikap diam, memandang ke jalan di muka.
Dalam berbicara, ia sangat hati-hati dan tak mau terlibat dalam percakapan yang kontroversial.
Tetapi begitu topik pembicaraan menyinggung soal keluarga dan tanah kelahirannya yang terpencil di Siberia, tempat ia bekerja sebagai juru tulis pada Jawatan Kereta Api Turkestan - Siberia, barulah ia semangat.
"Dua orang kakak perempuan saya masih tinggal di sana," katanya.
"Beberapa tahun lalu para penduduk desa itu membangun patung saya, meskipun dulu mereka tidak tahu apa-apa mengenai pekerjaan saya. Itu rahasia besar," ujarnya.
"Bahkan setelah diproduksi selama tujuh tahun pun, senapan itu masih tetap dirahasiakan. Tidak ada spesifikasi yang dipublikasikan. Selongsong peluru yang sudah ditembakkan pun diambil untuk disimpan. Kadang-kadang saya bertanya-tanya sendiri apa yang terjadi jika perang melawan fasisme (PD II - Red.) tidak pernah terjadi. Mungkin saya cuma jadi perancang mesin-mesin pertanian."
Konvoi perburuan itu singgah di pondok khusus yang disediakan Izhmash untuk para karyawannya. Tapi Kalashnikov enggan berlama-lama di tempat ini.
Maklum, ia terlalu terkenal sehingga tak terlalu disukai para bosnya. Satu-satunya yang bisa menghiburnya tinggal sisa-sisa kebanggaan akan ciptaannya.
"Ini Saiga-MK No. 2," katanya sambil mengeluarkan sepucuk senapan dari tasnya.
"Konstruksinya berdasarkan desain AK-47 yang selalu saya ikuti sepanjang hidup. Nomor 1 disimpan untuk beberapa orang penting, mungkin Presiden Boris Yeltsin."
Ia mempreteli senapan itu dengan ahlinya.
Sebagai seorang pemburu, ia tahu persis apa yang diinginkan oleh pemburu, sama seperti yang dia ketahui apa yang diinginkan seorang tentara ketika ia menciptakan AK-47.
"Mereka membutuhkan senapan yang mudah dibersihkan dengan perabot yang tidak terlalu banyak," katanya.
"Saya bukannya mau mengritik M16; tetapi perancangnya pun pasti mengakui bahwa M16 jauh lebih rumit daripada senjata ciptaan saya, juga tidak dapat diandalkan, terutama dalam kondisi sulit.”
Setelah bersulang untuk memperingati ulang tahunnya yang ke 74, Kalashnikov berkata, "Teman-teman, hidup seorang perancang tidaklah mudah. Saya menciptakan senjata bukan untuk melukai orang. Tidak pernah. Tapi untuk mempertahankan ibu pertiwi. Saya ingin menciptakan perdamaian. Hidup merupakan suatu perjuangan dan saya ternyata harus melalui jalan yang sulit."
Tentang senjata-senjata ciptaannya? Dia temyata memilih untuk tidak menanyakan, mereka apakan senjata-senjata itu.
"Mungkin," ia menyimpulkan, "andaikan saja para politikus bekerja sehati-hati kami, senjata-senjata itu tidak akan jatuh ke tangan yang salah."
Tidak bahagia
Keesokan paginya, menjelang fajar, para pemburu menggiring seekor moose, lalu mempersilakan Kalashnikov untuk membunuhnya dengan senapan barunya. Moose itu masih hidup ketika ia mendekatinya.
Seperti enggan ia melaksanakan hukuman mati sambil lalu. "Inilah sebabnya manusia lebih kuat daripada hewan," katanya sambil menepuk-nepuk gagang senapannya.
Tapi ketika ditanyakan apa komentarnya tentang ribuan bahkan mungkin jutaan nyawa manusia korban senjata ciptaannya, ia berusaha mengelak.
Katanya, manusialah yang membunuh, bukan senjata, dan jika tidak menggunakan AK-47, mereka pasti akan menggunakan senjata lain.
"Apakah Anda pikir saya bahagia melihat orang dibunuh dengan senjata saya?" katanya.
"Apakah Anda pikir saya bahagia jika melihat Kremlin ditembaki? Saya tidak bisa mengerti mengapa para wakil kami (di parlemen) ditembaki, Mereka 'kan dipilih untuk membela kami," ujarnya.
Apakah Kalashnikov merasa senang melihat runtuhnya sistem Uni Sovyet? "Tidak. Tentu saja tidak," katanya.
"Kekuatan kami dulu pada persatuan sebagai suatu keluarga. Tak ada konflik-konflik rasial seperti sekarang ini." Ia menolak untuk bicara lebih lanjut.
Yang jelas, apa yang selama ini didapatkan dari rancangan AK-47 memang tak membuat hidupnya berubah.
Kecuali senjatanya yang terkenal di dunia, Kalashnikov tidak punya apa-apa lagi.
Istrinya sudah terlebih dulu meninggal sementara Natasha, anak gadisnya, menyusul sang ibu sepuluh tahun lalu.
Di dekat dua makam orang-orang yang dicintainya itu kini berdiri dua monumen yang dibuatnya sendiri.
Harta lain yang dipunyainya tinggal beberapa piagam, penghargaan dan kenang-kenangan dari dinas ketentaraan.
Beberapa buah buku The AK Story karya Edward C. Ezell yang membahas berbagai seri senjata AK berdasarkan desain asli dari Kalashnikov. Selain itu, perabotan tua yang dibelinya tahun 1949 dengan uang hadiah Stalin.
(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 1995)