Terlalu Banyak Musuh, Israel Wajibkan Perempuan Masuk Militer sebagai Operator Tank dan Pilot Pesawat Tempur

Moh Habib Asyhad

Penulis

Mereka sudah dibiasakan selalu dalam kondisi siaga kapan saja dan kerap menenteng senapan serbu meskipun sedang hang out.

Intisari-Online.com -Sebagai negara yang oleh dunia internsional dianggap melakukan penjajahan terhadap warga Arab-Palestina, tentu saja Israel banyak musuh.

Negara-negara Arab dan sejumlah negara lain yang mendukung agar warga Arab Palestina bisa memiliki wilayah merdeka di kawasan Palestina otomatis menjadi musuh Israel dan sewaktu-waktu bisa menimbulkan peperangan.

Sejumlah peperangan antara Israel dan negara-negara Arab sedikitnya pernah terjadi sampai tiga kali.

Pertama Perang Arab-Israel (1948), kedua Perang Enam Hari (1967), dan ketiga Perang Yom Kippur (1973).

(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

(Baca juga:Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)

Meskipun dalam tiga kali peperangan itu militer Israel mengklaim sebagai pemenang tapi sesungguhnya peperangan terus berlanjut hingga saat ini.

Dalam kondisi terkini bentuk peperangan yang dihadapi Israel bukan lagi negara lawan negara.

Melainkan pasukan Israel yang kerap menghadapi serangan gerilya dari kelompok-kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, gerilyawan Pembebasan Rakyat Palestina, dan lainnya.

Pada Perang Yom Kippur 1973, militer Israel sebenarnya mengalami kerugian besar dan nyaris kalah karena kurangnya sumber daya manusia.

Demi mengantisipasi kekurangan sumber daya itu, militer Israel pun mewajibkan para perempuan Israel untuk mengikuti wajib militer.

Di sana, mereka akan digembleng menjadi tentara yang profesional.

(Baca juga:Untuk Menghormati Pengakuan Presiden Amerika Terhadap Yerusalem, Taman Edukasi di Israel Ini Diberi Nama Donald Trump Park!)

(Baca juga:Gamal Abdul Nasir, Penggertak Israel dan Pengobar Semangat Negara-Negara Arab Agar Terus Memerangi Negara Itu)

Sebagai tentara wanita yang setiap saat bisa menghadapi peperangan yang sesungguhnya, semua tentara wanita Israel dilatih seperti tentara pria.

Unit-unit tempur yang semula diisi oleh tentara pria juga mulai diisi oleh tentara wanita. Misalnya, satuan kavaleri, satuan artileri, satuan heli tempur, satuan pasukan khusus, dan pilot-pilot jet tempur.

Tahun 1994 untuk pertama kalinya militer Israel melatih para tentara wanita Israel untuk dicetak menjadi pilot-pilot jet tempur yang handal.

Hingga tahun 2016 militer Israel sedikitnya memiliki 300 pilot tempur wanita yang siap diturunkan ke medan laga.

Mulai tahun 2011 militer Israel juga sudah berhasil mencetak pilot-pilot heli tempur wanita dan siap ditugaskan di satuan darat, laut, dan udara.

Untuk tentara wanita Israel yang bertugas di unit-unit kavaleri atau tank lapis baja satu batalyon tank anggotanya bisa terdiri dari 50% pria dan 50% wanita.

Seorang tentara wanita Isreal di satuan lapis baja yang memiliki pangkat lebih tinggi bahkan bisa memimpin para anak buahnya yang terdiri dari para pria.

Kondisi itu memang sengaja diciptakan oleh militer Israel.

Pasalnya dalam peperangan yang sesungguhnya jika satuan tank kehilangan komandan pria, posisi itu cepat digantikan oleh tentara berpangkat lebih tinggi meskipun personel bersangkutan adalah seorang wanita.

Dengan kondisi negaranya yang selalu terancam oleh negara-negara Arab dan para pejuang pro-Palestina, semua warga Isreal memang diwajibkan memiliki kemampuan tempur tak terkeciuali para wanitanya.

Mereka sudah dibiasakan selalu dalam kondisi siaga kapan saja dan kerap menenteng senapan serbu meskipun sedang hang out.

Artikel Terkait