Find Us On Social Media :

Akhirnya Terkuak Misteri Kapal 'Hantu' Penuh Mayat dari Korea Utara yang Terdampar di Jepang!

By Masrurroh Ummu Kulsum, Senin, 11 Desember 2017 | 14:45 WIB

Intisari-Online.com - November 2017 lalu di Jepang tepatnya di peraiaran Oga terdampar 15 kapal di sepanjang pantai.

Kapal-kapal tersebut mengangkut 40 mayat manusia.

Dilansir dari businessinsider.sg, kapal-kapal tersebut disebut para ahli berasal dari Korea Utara.

Salah satu ahli mengatakan hal itu bisa terjadi karena kelangkaan makanan di Korea Utara.

BACA JUGA: 

Penemuan terakhir pada Kamis (7/12/12) polisi menemukan kerangka manusia di dekat sebuah perahu terbalik di Oga Barat.

Pihak berwenang belum mau memastikan kebenaran kapal tersebut berasal dari Korea, meskipun bukti mengarah ke negara tersebut.

Salah satu kapal yang ditemukan di Pulau Sado tanggal 26 November berisi paket rokok dan jaket Korea Utara dengan tulisan Korea.

Dua mayat yang ditemukan dari kapal lain di prefektur Yamagata pada hari Selasa juga mengenakan pin yang menunjukkan wajah Kim Il Sung, kakek Kim Jong Un (pemimpin Korut).

Kondisi mayat mengenaskan ada yang sudah membusuk dan tinggal kerangka.

BACA JUGA: 

Fenomena ini rupanya bukan pertama melainkan sering terjadi di Jepang.

Sebelumnya 80 kapal pernah terdampar di Jepang pada tahun 2013, 65 kapal tahun 2014, 45 kapal tahun 2015, dan 66 pada tahun 2016.

Hal tersebut terjadi diduga lantaran kehidupan di Korea Utara "Suram dan Putus asa".

Kejadian ini juga banyak dikaitkan dengan paham Juche yang dianut Korea Utara.

Juche mengandung prinsip bahwa "manusia menguasai segala sesuatu dan memutuskan segala sesuatu". 

BACA JUGA: 

Juche mengandung pengertian "self-reliance" atau "percaya pada kemampuan diri sendiri". 

Ideologi yang dikembangkan oleh Kim Il Sung itu membenarkan kebijakan negara terlepas dari bencana kelaparan dan kesulitan ekonomi di negara tersebut.

Kondisi tersebut diperparah karena Korea Utara mengalami kekeringan ekstrim awal tahun ini, merusak produksi pangan negara tersebut dan kemungkinan akan mengakibatkan kekurangan makanan lebih lanjut.

Seo Yu Suk, seorang manajer penelitian di Lembaga Studi Korea Utara di Seoul mengatakan kepada Reuters, "Korea Utara mendorong keras masyarakatnya untuk mengumpulkan lebih banyak ikan sehingga mereka bisa mengatasi kekurangan makanan mereka."

Kapal-kapal reyot yang digunakan tidak dapat menerjang ombak besar di musim gugur, kemungkinan mereka yang melaut tidak selamat dan masih banyak lagi yang belum diketahui nasibnya.

BACA JUGA: