Penulis
Intisari-Online.com - Orang pasti dijamin gemas dengan binatang yang bernama panda ini.
Bagaimana tidak, wujudnya lucu seperti boneka sehingga membuat kita ingin memilikinya.
Spesies panda sendiri telah mengalami ancaman kepunahan sejak tahun 1980-an.
China, tempat di mana panda raksasa berasal, dan beberapa lembaga konservasi telah berusaha meningkatkan populasinya.
BACA JUGA:Bukan Cuma Bikin 'Lucu', Warna Hitam dan Putih Pada Tubuh Panda Ternyata Punya Fungsi Khusus
Populasi panda China sebanyak 67 ekor yang terdiri atas66% panda liar, 54% di kebun binatang dan pembiakan panda di seluruh dunia mencapai 300 ekor.
Namun, bagaimana jika panda dijadikan sebagai alat diplomasi internasional oleh China?
China memanfaatkan panda yang dimilikinya sebagai alat untuk diplomasi.
Dilansir dari Economictimes.indiatimes.com, sejak tahun 1980-an, di tengah penurunan jumlah panda, China memutuskan untuk meminjamkan panda raksasa ke negara lain, biasanya selama 10 tahun.
Selain sebagai hadiah, ada juga biaya murah yang harus dibayarkan, sedangkan China tetap memiliki semua panda dan anak-anaknya.
Biaya tahunan untuk panda yang dipinjamkan adalah 1 juta dolar (sekitar Rp13,5 miliar) dan untuk anakan panda adalah 400 ribu dolar AS (sekitar Rp5,4 miliar).
BACA JUGA:Tak Sabar Ingin Temui Pasangan Panda di Taman Safari? Kenali Dulu Lima Mitos tentang Panda Ini
Negara-negara yang mendapat pinjaman panda dari China antara lain Jerman (2017), Malaysia (2014), Skotlandia (2011), juga negara kita Indonesia (2017).
China menggunakan hewan tersebut untuk menunjukkan ketidaksenangannya terhadap suatu negara.
Misalnya, rencana presiden AS saat itu, Barack Obamauntuk bertemu dengan Dalai Lama dan penjualan senjata AS ke Taiwan dikatakan sebagai alasan penarikan panda raksasa laki-laki dari AS pada Februari 2010.
China juga menunda pengiriman dua panda ke Malaysia tahun 2014 karena terlambatnya penanganan lenyapnya Malaysia Airlines yang dua pertiga penumpangnya adalahwarga China.
Panda sendiri menjadi tokoh animasi trilogi Kung Fu Panda yang menghasilkan pendapatan kotor sebanyak 1,8 miliar dolar (sekitar Rp24,3 triliun) dari penjualan tiketseluruh dunia.
Mungkin dengan panda sebagai alat diplomasi, tidak akan ada yang menolak kesepakatan dengan makhluk menggemaskan ini.