Penulis
Intisari-Online.com - Saat ini beberapa wilayah di Indonesia tengah berada di bawah bayang-bayang siklon Cempaka dan siklon Dahlia.
Keberadaan dua siklon ini jelas berpengaruh bagi wilayah-wilayah tersebut.
Khusus untuk siklon Dahlia, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau warga tetap waspada terhadap kemungkinan hujan disertai angin kencang.
Selain itu, ia mengimbau warga waspada terhadap dampak dari hujan deras dan angin kencang, yakni tanah longsor banjir, pohon tumbang, dan sebagainya.
(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Tentu saja ini termasuk pengalaman yang langka bagi masyarakat Indonesia.
Menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG yang bernama Mulyono Rahadi Prabowo, sebenarnya siklon yang lahir di Indonesia masih sangat jarang.
Ia berkata bahwa ini merupakan pengalaman baru bagi kita karena dalam setahun telah lahir dua siklon baru.
Setelah siklon Dahlia, bisa saja akan lahir siklon baru lainnya dalam waktu dekat ini.
Namun, selain fakta-fakta tersebut, sadarkah Anda bahwa kedua “angin kencang” Cempaka dan Dahlia disebut dengan siklon?
Padahal, “angin kencang” yang beberapa waktu lalu memorak-porandakan sebagian wilayah Amerika Serikat dan Amerika Tengah disebut sebagai badai.
Belum lagi sebutan topan, untuk “angin kencang” yang menerjang Hong Kong pada 2013, yang telah menyebabkan ribuan orang di China daratan harus dievakuasi.
Mengapa ada sebutan berbeda untuk “angin kencang” mulai dari badai, siklon hingga topan?
(Baca juga: Badai Harvey Terjang AS: Inilah Asal Usul dari Nama-nama Badai yang Cantik Namun Mematikan)
Untuk mencari jawabannya, mari kita simak penjelasan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berikut ini:
“Badai tropis merupakan kata lain siklon tropis. Hurricane merupakan sebutan bagi siklon tropis di Samudra Pasifik Selatan, Samudra Pasifik Timur Laut dan Samudra Atlantik Utara yang mempunyai kecepatan angin maksimum lebih dari 64 knot (119 km/jam).
Sedangkan typhoon atau topan adalah hurricane yang terjadi di Samudra Pasifik Barat Laut.”
Masih bingung? Mari kita simak penjelasan yang dimuat di nationalgeographic.co.id berikut ini:
“Di Atlantik dan Pasifik utara, mereka disebut "badai", mengikuti nama dewa kejahatan Karibia, yakni Hurrican.
“Di barat laut Pasifik, angin yang memiliki kekuatan sama disebut "topan".
“Di tenggara Samudra Hindia dan barat daya Pasifik, mereka disebut "siklon tropis parah".
“Di Samudra Hindia bagian utara, mereka disebut "badai siklon parah".
“Di barat daya Samudra Hindia, mereka hanya disebut "siklon tropis".”
Singkatnya, “angin kencang” yang berada di wilayah utara Atlantik dan Pasifik itu disebut sengan “badai” atau “hurrican”.
Untuk “angin kencang” yang berada di wilayah barat laut Pasifik disebut dengan “topan”.
Sementara untuk angin kencang yang berada di tenggara Samudra Hindia, barat daya Pasifik, utara Samudra Hindia dan barat daya Samudra Hindia disebut dengan “Siklon” (bahkan ada sebutan yang lebih spesifik lagi dari siklon-siklon tersebut seperti dipaparkan di atas).
Berbeda musim
Jika di Atlantik musim badai berlangsung mulai 1 Juni sampai 30 November, musim topan dan siklon mengikuti pola yang sedikit berbeda.
Di timur laut Pasifik, musim topan resmi dimulai dari 15 Mei sampai 30 November.
Di barat laut Pasifik, topan umumnya muncul di akhir Juni sampai Desember.
Dan di kawasan utara Samudra Hindia, siklon terjadi antara April sampai Desember.
Apapun panggilan yang Anda pilih, angin-angin raksasa ini merupakan fenomena alam yang memiliki kemampuan untuk menghadirkan kehancuran serius.
Menurut National Hurricane Center NOAA, rata-rata mata badai --pusat di mana tekanan berada pada titik terendah dan temperatur udara mencapai titik tertinggi-- diameternya mencapai 48 kilometer.
Beberapa di antaranya tumbuh hingga 200 kilometer.
Badai terkuat, yang mencapai Kategori 5 dalam skala Saffir-Simpson, memiliki kecepatan angin melampaui 250 kilometer per jam.
Dengan bantuan satelit dan pemodelan komputer, badai seperti ini bisa diprediksi beberapa hari sebelumnya dan cukup mudah dilacak.
Namun seperti yang ditunjukkan oleh badai Sandy baru-baru ini, memprediksi jalur yang akan diambil oleh badai, topan, ataupun siklon baru bisa dikalukan setelah mereka terbentuk, dan itu masih rumit.
Efek pemanasan global?
Dalam beberapa tahun terakhir, ilmuwan telah memperdebatkan apakah pemanasan global akibat ulah manusia telah mempengaruhi badai hingga mereka menjadi lebih kuat atau telah membuat mereka menjadi lebih sering muncul.
Secara teori, temperatur atmosfir yang lebih hangat akan memicu permukaan air laut yang lebih hangat, sehingga akhirnya akan mendukung hadirnya badai yang lebih kuat.
Di seluruh dunia, badai kategori 4 dan 5 sendiri terjadi hampir dua kali lebih banyak antara awal 1970 sampai awal 2000-an.
Selain itu, baik durasi siklon tropis dan kecepatan angin tertinggi mereka juga meningkat sekitar 50 persen dalam 50 tahun terakhir.
Namun tidak ada konsensus ilmiah terkait hubungan antara perubahan iklim dan badai.
"Kecepatan maksimum rata-rata siklon tropis kemungkinan akan meningkat, meski peningkatan mungkin tidak terjadi di seluru kawasan samudra," sebut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change tahun 2012.
"Ada kemungkinan bahwa frekuensi siklon tropis global akan menurun atau tetap tidak berubah."