Pendiri Korut Ini Sangat Ingin Korea Bersatu, Tapi dengan Syarat yang Sangat Sulit Dipenuhi Korsel

Ade Sulaeman

Penulis

Intisari-Online.com - Di balik desingan peluru dan berglimpanngan mayat di medan tempur selama tiga tahun peperangan sesungguhnya hanya beberapa orang yang berada di balik Perang Korea.

Seperti peperangan lainnya, peran tokoh politik dan jenderal militer sangat menentukan awal dan akhir dari jalannya Perang Korea.

Salah satu tokoh penting dalam Perang Korea itu, misalnya Kim Il Sung.

Pemimpin Korea Utara ini terlahir dengan nama Kim Song Ju, namun sewaktu berjuang melawan penjajah Jepang ia berganti nama menjadi Kim Il Sung.

(Baca juga: Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

Nama Kim Il Sung sebenarnya merupakan nama pamannya, seorag patriot anti-Jepang yang dikenal gagah berani dalam pertempuran.

Kim dilahirkan 15 April 1912 di dekat Pyongyang. Tahun 1931 ia bergabung dengan Partai Komunis Korea, lalu memimpin perjuangan bersenjata melawan Jepang.

Tetapi karena pasukan Kim Il Sung makin terdesak, dia kemudian dipaksa lari ke wilayah Ui Soviet (Rusia).

Selama PD II ia berpangkat mayor dan memimpin kontingen pasukan Korea dalam AD Soviet.

Kim Il Sung kemudian menjadi sahabat baik pemimpin Uni Soviet Stalin.

Ketika akhirnya Jepang menyerah dalam PD II, Kim ikut tentara Soviet masuk ke Korea bagia utara dan mendirikan Republik Demokrasi Rakyat Korea (Korea Utara) yng komunis.

Tahun 1948-1972 ia menjadi PM, dan sejak 1972 menjadi Presiden Korut dan sekaligus mendapat pangkat tertinggi di jajaran militer Korut, marsekal.

Tahun 1950 Marsekal Kim berusaha menyatukan kedua Korea melalui kekerasan dengan mengobarkan perang (1950-1953), tetapi usaha ini digagalkan pasukan PBB.

(Baca juga:Tak Hanya Mengacaukan Negara-Negara Prokomunis, CIA Juga Bikin Kalang Kabut Negara Eropa Yang Tak Mau Gabung NATO)

Setelah menjadi presiden, ia beberapa kali mengusulkan reunifikasi Korea, termasuk membentuk federasi Korut dan Korsel.

Kim Il Sung selalu menyertakan syarat agar pasukan AS ditarik dari Korsel karena pasukan asing dinilai mengotori bumi Korea.

Di negerinya ia membangun kultus individu terhadap dirinya sedemikian rupa sebagai “Pemimpin Agung” yang sangat dihormati.

Untuk rakyatnya, ia berhasil menyediakan perumahan murah, pengobatan gratis, dan wajib belajar gratis.

Presiden Kim meninggal dunia 8 Juli 1994 dan digantikan oleh anaknya, Kim Jong-il.

Kim Jong Il kemudian digantikan oleh anaknya yang masih muda Kim Jong Un.

Sebagai cucu Kim Il Sung, Kim Jong Un memiliki banyak kemiripan termasuk tubuhnya yang gemuk seperti kakeknya.

Jasad Kim Il Sung yang diawetkan dan berada di musoleium tetap dipuja rakyat Korut yang menganggapnya Kim Il Sung sedang beristirahat panjang.

Siapapun yang mengunjungi musoleium Kim Il Sung yang dijaga sangat ketat harus dalam kondisi bersih dan setril.

Pasalnya kotoran yang terbawa para pengunjung musoleium bisa ‘’menganggu’’ istirahat jasad Kim Il Sung.

Artikel Terkait