Find Us On Social Media :

Di Daerah Ini, Seseorang Bisa Mengadakan Kenduri Hanya untuk ‘Balik Modal’

By Ade Sulaeman, Kamis, 30 November 2017 | 19:15 WIB

Intisari-Online.com – Beberapa tahun yang lalu, karena pekerjaan, saya hijrah dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ke Kecamatan Gunungsindur, Bogor.

Di situ, saya menemukan kebiasaan unik yang tidak sama dengan kebiasaan di daerah-daerah Jawa Barat lainnya seperti Sukabumi, Cianjur, atau Bandung dalam hal menyelenggarakan kenduri alias pesta hajatan.

Seseorang yang hendak menyelenggarakannya tidak perlu repot-repot menyediakan makan bagi para tamunya.

Cukup kue-kue ala kadarnya. Kalaupun ada, hidangan makan hanya untuk orang-orang tertentu.

(Baca juga: Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

Pada saat pamit, undangan akan kembali menyalami si empunya hajatan sambil menyelipkan amplop yang berisi uang. Di amplop tersebut tentu saja tertera nama si undangan.

Jika orang yang diundang datang bersama istri atau suaminya, amplop berlabelnya pun tidak hanya satu. Keduanya harus memberi sendiri-sendiri.

Kelak pemberian itu akan dicatat oleh si empunya hajat. Catatan tersebut berguna pada saat si empunya hajat membalas kalau diundang tamunya.

Soalnya, uang sebesar itu juga yang harus dikeluarkannya. Atau kalau ia menerima kado, ia juga harus membalas memberi kado.

Jadi, kalau seseorang tidak mencantumkan nama di amplop yang ia berikan, tentu namanya tidak akan tercatat oleh si empunya hajatan.

Akibatnya, apabila nanti ia menyelenggarakan kenduri, dan mengundang si empunya hajatan, orang itu tidak merasa perlu untuk membalas kunjungan.

Hebatnya lagi, apabila seseorang yang telah banyak diundang ke sana kemari, tetapi ia tidak punya anak gadis yang harus dinikahkan atau anak laki yang akan disunat, maka untuk mengembalikan "investasi", bisa saja ia mengadakan kenduri tanpa alasan di atas.

(Baca juga: Makanan Khas Solo yang Dipesan di Pesta Pernikahan Kahiyang: Cabuk Rambak, yang Lontongnya Dimasak Selama 5 Jam)

Ia boleh saja menyebar undangan banyak-banyak, lalu memutar film layar tancap, atau nanggap lenong, bahkan boleh tidak nanggap apa-apa, para undangan pun akan datang sebagaimana biasa dan menganggap hal seperti itu biasa-biasa saja.

Bubar kenduri, ia tinggal menghitung laba, sisa membayar sewa layar tancap atau grup lenong!  (Deden Amijaya)

(Seperti pernah ditulis di Majalah Intisari edisi Agustus 1995)