Ketika Arkeolog Menemukan Kekayaan Sejarah yang Hilang Milik Klub Sepakbola Inggris

Moh Habib Asyhad

Penulis

Intisari-Online.com -Dalam 40 tahun kariernya sebagai arkeolog, Jason Wood telah berkeliling ke banyak tempat di dunia.

Ia telah menggali sisa-sisa peninggalan Romawi di Yordania, menemukan sebuah istana di Nepal, dan lain-lain. Kali ini, proyeknya adalah menggali sebidang tanah di Bradford, Inggris.

Sejak masih kecil, Wood telah memikirkan situs di Horton Park Avenue, di seberang Masjid Agung yang indah.

Ia ingat ketika ayahnya menunjukkan kepadanya sebidang tanah penuh rerumputan di mana sebuah klub sepakbola pernah berdiri.

(Baca juga:Di India, Para Arkeolog Menemukan ‘Monster Laut’ Raksasa yang Gemar Makan Moluska)

(Baca juga:Hendak Diklaim Sebagai Kuil Hindu, Taj Mahal Justru Ditetapkan sebagai Mausoleum Muslim oleh Dewan Arkeolog)

Selama beberapa dekade ia bertanya-tanya, bagaimana sebuah lahan yang bisa menampung 37 ribu penggemar bisa dihabisi oleh cacing dan gulma.

Empat puluh tahun kemudian, Wood kembali. Bersenjatakan sekop dan tekad, ia menggali sisa-sisa apa yang disebutnya sebagai “Angkor Wot-nya sepakbola”.

Di sana dulu berdiri markas Bradford Park Avenue yang pernah menjadi tim terbesar Yorkshire, yang oleh Wood disebut sama pentingnya dengan kuil-kuil di Kamboja mana pun.

Klub ini kemudian gulung tikar pada 1974 setelah terlilit utang dan gagal bersaing dengan Bradford City, saingan lokalnya yang lebih sukses.

Situs itu kemudian ditinggalkan, tidak dilirik oleh pengembang karena adanya perjanjian terbatas yang hanya mengizinkannya digunakan untuk olahraga dan rekreasi.

Karena tidak laku-laku, situs ini benar-benar hilang oleh tanah … dan rerumputan. Belum lagi pohon-pohon yang tumbuh di atasnya.

Horton Park Avenue tahun 1966
Setelah digali, Wood menemukan papan dengan tulisan kapur yang masih utuh. Di atasnya tertulis harga tiket 5 shilling untuk pertandingan terakhir di mana Kevin Keegan—yang nantinya menjadi salah satu legenda sepakbola Inggris—membantu Scunthorpe United meraih kemenangan 5-0 yang gemilang.

Wood juga masih bisa mengenali toilet stadiun dan papan pembatas.

Untuk melancarkan penggaliannya, Wood bekerja sama dengan sejumlah seniman. Penggalian ini sendiri dimulai sejak November 2013 dan didanai oleh National Football Museum and Arts Council England.

Dan kini, kisah penggalian itu sudah berwujud buku, yang baru saja dinominasikan untuk mendapatkan penghargaan buku olahraga bergengsi di Inggris.

Akhir bulan ini, Breaking Ground: Art, Archeology and Mythology—judul buku tersebut, yang disunting oleh Wood dan artis Neville Gabie dan Alan Ward—akan dipilih sebagai William Hill sport book of the year, bersama biografi Muhammad Ali dan pesepeda Tommy Simpson.

Bradford Park Avenue yang gulung tikar pada 1974
Bagaimanpun juga, ini adalah sebuah prestasi mengingat buku diterbitkan secara independen dan hanya dicetak 500 copy—biaya penerbitan diperoleh dari sumbangan penggemar Bradford Park Avenue.

Lebih dari itu, upaya penerbitan buku tersebut mencirmakan usaha para penggemar kepada klub kesayangannya, laiknya para Mancunian yang menghidupkan F.C. United of Manchester.

Saat kabar tentang proyek itu menyeruak ke permukaan, para penggemar dari sekitar Bradford dan sekitarnya langsung datang untuk memberikan bantuan—terutama dalam hal mengontekstualisasikan temuan-temuan yang berkaitan dengan situs itu.

(Baca juga:Inilah Kisah Pierluigi Collina, Wasit Sepakbola yang ‘Galak’ dan Selalu ‘Ditolak’ Klub Besar)

(Baca juga:Tak Hanya di Indonesia, Kerusuhan Sepakbola yang Berujung Kematian Juga Terjadi Afrika Selatan)

“Park Avenue adalah istana rakyat. Saya berharap, melalui proyek kami, bisa membuka portal ke 1001 kenangan, juga membuka babak baru untuk sebuah arena olahraga yang, selain punya sejarah yang kaya, juga punya masa depan cerah,” tulis buku itu.

Artikel Terkait