Makanan Khas Solo yang Dipesan di Pesta Pernikahan Kahiyang: Cabuk Rambak, yang Lontongnya Dimasak Selama 5 Jam

Moh Habib Asyhad

Penulis

Meskipun banyak orang menyukainya, makanan asli Solo ini sangat sulit dijumpai. Tidak ada satu pun restoran atau rumah makan di Solo yang memiliki menu makanan ini.

Intisari-Online.com -Solo bisa dikatakan sebagai gudangnya makanan unik yang hanya bisa ditemui di sini, tak akan ditemui di kota lain.

Contohnya, cabuk rambak. Sama seperti brambang asem, makanan ini juga sederhana sekali, baik dari segi bahan, cara penyajian, maupun cara makannya.

Meskipun banyak orang menyukainya, makanan asli Solo ini sangat sulit dijumpai. Tidak ada satu pun restoran atau rumah makan di Solo yang memiliki menu makanan ini.

Cabuk rambuk biasanya dijual mbok-mbok secara berkeliling. Tentu saja wisatawan atau orang luar Solo akan kesulitan menemukannya.

Jika Anda penasaran dengan makanan ini, silakan datang ke kawasan Manahan. Di utara Stadion Manahan, tempat para pedagang kaki lima mangkal, setiap pagi hari pukul 06.00 - 11.00 sedikitnya ada dua penjual cabuk rambak. Salah satunya yang kondang adalah Yu Temu.

Di malam hari, cabuk rambak Yu Temu bisa dijumpai di pusat kuliner Gladag Langen Bogan.

Cabuk rambak itu sebenarnya makanan yang dulu hanya ditemui di dalam istana. Itu pun pada saat-saat tertentu sebagai bagian dari persyaratan upacara ritual seperti siraman calon pengantin.

(Baca juga:Kangen Masakan Khas Solo di Jakarta? Mampir Saja ke Tongseng Pak Agus di Masjid Sunda Kelapa)

(Baca juga:4 Daya Tarik Wanita Jawa Sebagai Istri, Mungkin Karena Inilah Bobby Kepincut Kahiyang)

Yu Temu mulai berjualan cabuk rambak sekitar 20 tahun silam. Keluarga Yu Temu, sejak aimarhum neneknya, memang banyak yang berjualan cabuk rambak.

Bahkan ibunya sampai sekarang pun masih menjajakan makanan ini di sebuah warung di dekat SD Muhammadiyah 2 Kauman, dekat Masjid Agung Solo.

Cabuk rambak hanya terdiri dari dua jenis makanan yang disatukan oleh "cabuk", yakni sejenis sambal yang terbuat dari wijen putih.

Dua jenis makanan itu adalah ketupat yang diiris tipis-tipis dan rambak alias kerupuk yang terbuat dari gendar. Gendar (juga disebut puli) dibuat dari nasi yang ditumbuk kemudian diiris, dijemur, lalu digoreng.

Cabuk rambak selalu disajikan di daun pisang atau pincuk. Setiap irisan ketupat disusun berbaris kemudian ditaburi cabuk yang rasanya gurih asin. Di atasnya kemudian ditutupi kerupuk gendar. Tidak ada sendok ataupun garpu. Fungsi sendok dan garpu digantikan oleh lidi.

Ketupatnya pulen dan kesat. Padahal, Yu Temu tidak menggunakan beras yang mahal. "Yang penting, merebusnya harus lama, sampai lima jam. Kalau hanya sebentar, sebenarnya mateng tapi mbanyu (lunak)," kata Yu Temu.

Keistimewaan lain cabuk rambak Yu Temu tentu saja terletak pada cabuknya. Mengenai pembuatan cabuk, Yu Temu mengaku tidak ada yang dirahasiakan.

Proses pembuatan cabuk dimulai dengan menggoreng sangrai (goreng tanpa minyak) wijen dan kelapa secara terpisah. Agar hasilnya tidak lembek, Yu Temu menggorengnya dengan sangat kering.

Kelapa yang sudah disangrai kemudian diparut. Parutan kelapa dan wijen dicampur dengan sejumiah bumbu seperti bawang putih, garam, daun jeruk, dan lainnya. Selanjutnya bahan-bahan itu digiling hingga halus.

Dalam sehari Yu Temu membuat cabuk hingga dua kilogram, kecuali di akhir pekan atau hari libur yang bisa dua kali lipat.

Terkadang Yu Temu juga mendapat pesanan untuk membuatkan cabuk yang akan dibawa ke luar kota. Cabuk pesanan ini biasanya dibuat lebih kering Iagi dengan tujuan agar lebih tahan lama sampai seminggu.

Satu pincuk cabuk rambak cukup dihargai Rp2.500. Yu Temu melayani pembelinya dengan lesehan. Saat dihidangkan, sambal itu sudah diencerkan. Teksturnya lembut, lebih lembut dibandingkan dengan sambal wijen pada pecel ndeso.

"Sambel pecel ndeso 'kan wijen hitam, sedangkan untuk cabuk itu wijen putih," ujarnya.

Di atas cabuk ini ditaburi daun jeruk yang diiris kecil-kecil. Selain itu, disertakan pula sejumput cabuk yang belum diencerkan dengan air.

Karena porsinya kecil, satu porsi cabuk rambak tak akan membuat perut jadi kekenyangan. (imron)

(Artikel ini pernah dimuat di Buku Wisata Jajan Solo Semarang – Intisari)

Artikel Terkait