Penulis
Intisari-Online.com - Agar selalu siap menghadapi peperangan melawan AS, upaya militer China, khususnya kekuatan udaranya, People Liberation Army Air Force (PLAAF) untuk meraih superioritas udara di kawasan Pasifik dan Timur Jauh terus digenjot.
Fokus utama PLAAF adalah dalam memproduksi beragam pesawat tempur berteknologi siluman (stealth).
China yang sedang mengincar perairan di Laut China Selatan (LCS) rupanya makin menyiapkan diri untuk menghadapi para rivalnya seperti Jepang, AS, Rusia, dan India yang sama-sama memiliki program pengembangan pesawat tempur siluman.
Lewat berbagai pernyataan politiknya, Pusat Pemerintah China di Beijing bahkan siap menghadapi kekuatan militer dari negara mana pun yang berniat menghalangi hegemoninya atas perairan LCS.
(Baca juga: Indonesia Ingin ‘Borong’ Sukhoi: Terkait Perubahan Nama Laut China Selatan Jadi Laut Natuna Utara?)
Beijing juga menegaskan tidak akan mengakui keputusan Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag yang menyatakan bahwa klaim China atas LCS melanggar hukum laut internasional.
Sikap keras kepala China itu mengindikasinya bahwa kekuatan militernya siap menghadapi segala kemungkinan dan terus ditingkatkan kemampuannya.
Salah satu pesawat tempur berteknologi siluman yang menjadi andalan China adalah J-20.
Sebagai pesawat multiperan generasi kelima tahap penggarapan J-20 sudah memasuki test terbang perdana (maiden flight) yang sudah dilaksanakan pada bulan Januari 2016 lalu dan berlangsung sukses.
Saat ini PLAAF diyakini telah memiliki empat J-20 yang semuanya sudah menjalani tes kelaikan terbang dan tiga di antaranya tinggal menjalani tes terbang tempur yang perdana.
Salah satu J-20 bahkan sudah mulai dioperasikan pada bulan Juni 2017.
Khusus untuk operasional keempat J-20 tersebut dalam kondisi siap tempur (combat ready) ditargetkan bisa tercapai pada tahun 2018-2019.
Dengan empat J-20 yang dalam tahap siap operasinal, Initial Operating Capability (IOC) ditambah sejumlah prototipe J-20 yang pernah digarap dan semuanya dalam tahap IOC, jumlah total J-20 yang dimiliki PLAAF telah menjadi 12 pesawat.
(Baca juga: Indonesia Ubah Nama Laut China Selatan Jadi Laut Natuna Utara, China Langsung Protes)
Jumlah total itu bahkan sudah memenuhi syarat bagi PLAAF untuk membentuk skadron J-20.
Dalam sistem operasionalnya, J-20 akan berpartner dengan jet tempur siluman China yang juga sedang diproduksi J-31, sehingga komposisinya mirip dengan jet tempur F-22 Raptor USAF yang berpartner dengan F-35 Lightning II.
Baik J-20 maupun J-31 dalam proses produksinya disubsidi oleh Aviation Industry Corporation of China (AVIC).
Prototipe J-31 sendiri telah sukses melakukan tes terbang perdana pada bulan November 2014 dan direncanakan siap operasinal pada tahun 2020.
Ketika sedang bertempur J-31 akan berperan sebagai pengawal (escort) J-20.
Karena memiliki kecepatan lebih tinggi (2.5 Mach), J-20 memang lebih superior dibandingkan dengan J-31 (2 Mach) sehingga untuk keperluan dog fight, tugas tempur itu diserahkan kepada J-20.
(Baca juga: Lama Jadi Musuh Bebuyutan AS di Laut China Selatan, China Sulit Netral Jika Konflik Korut-AS Meletus)
Sedangkan J-31 bertugas menyergap jet-jet tempur lawan yang mengancam keselamatan terbang J-20. Demikian optimisnya dengan keunggulan J-31.
Presdien Direktur AVIC, Lin Zhouming sampai berani mengklaim bahwa J-31 siap merontokkan jet tempur F-35 AS seandainya keduanya bertemu dalam konfrontasi tidak hanya memperebutkan dominasi di Laut China Selatan tapi juga memperebutkan Taiwan.
ARTIKEL VIRAL:Hebat! Pilot Tempur Indonesia Ternyata Nyaris Tembak Jatuh Jet Tempur Australia