Di India, Para Arkeolog Menemukan ‘Monster Laut’ Raksasa yang Gemar Makan Moluska

Moh Habib Asyhad

Penulis

Bagian paling menarik dari monster laut itu adalah rahangnya. Dari situ mereka bisa belajar tentang apa yang menjadi mangsa si monster laut itu saban harinya.

Intisari-Online.com -Lautan zaman modern, dengan segala jenis makhluk laut yang ada, saja sudah menakutkan, apalagi laut di zaman purba.

Jika Anda berenang di lautan zaman Jurasik, seekor ichthyosaurus pastilah menjadi salah satu makhluk yang akan Anda temui, yang kabarnya lebih menakutkan dari segenap makhluk laut yang ada.

Dan belum lama ini sekelompok arkeolog India baru saja menemukan fosil-fosilnya—untuk pertama kalinya.

Spesimen ini berukuran panjang sekitar 18 kaki (sekitar 5,4 meter) hingga, ada yang bilang—sampai 30 kaki (9,1 meter).

Meski begitu, bagian paling menarik perhatian para arkeolog adalah rahangnya. Dari situ mereka bisa belajar tentang apa yang menjadi mangsa si monster laut itu saban harinya.

(Baca juga:Kerangka ‘Monster Laut’ dari Zaman Dinosaurus Berhasil Ditemukan di India, Diprediksi Ungkap Rahasia Evolusi)

Untuk monster laut yang baru saja ditemukan ini punya ukuran 20 kaki (6 meter).

Reptil air ini disebut sangat menggemari makanan-makanan laut yang renyah.

Fosilnya sendiri ditemukan di dekat apa yang oleh para ilmuwan dipercaya sebagai makanan khas sehari-harinya.

Moluska dan hewan-hewan laut bercangkang disebut sebagai menu makan malam favorit spesimen ini.

Itulah mengapa binatang purba ini punya rahang yang amat kuat.

“Kami dapat menyimpulkan dari pola keausan pada giginya bahwa ichthyosaurus ini adalah pemangsa teratas dalam rantai makanan yang memakan hewan keras dan kasar termasuk moluska laut (ammonoids dan belemnites), ikan, dan kemungkinan reptil laut lainnya,” ujar pemimpin penelitian Guntupalli Prasad, dalam sebuah wawancara yang diterbitkan PLOS One.

Para peneliti berharap bahwa eskplorasi di wilayah ditemukannya monster laut ini akan membantu mereka menemukan lebih banyak fosil.

Mereka juga berharap bisa ini bisa semakin memicu minat ahli paleontologi India lainnya.

Artikel Terkait