Find Us On Social Media :

Perang Teluk, Ajang Promosi dan Uji Coba Persenjataan Canggih 'Penebar Maut'

By Ade Sulaeman, Rabu, 1 November 2017 | 11:30 WIB

Intisari-Online.com - Dalam Perang Teluk I (2/8/1990-28/2/1991) yang dipicu oleh serbuan Irak ke Kuwait, peran kekuatan udara sangatlah menentukan.

Baik bagi Irak yang mampu menggasak Kuwait pada awal perang maupun AS yang sukses menggebuk Irak di akhir pertempuran, kunci sukses keduanya ditentukan oleh superioritas air power.

Irak yang melancarkan serangan dadakan pada awal bulan Agustus 1990 ke Kuwait selain mengerahkan tank-tank lapis bajanya juga melakukan perlindungan udara (air cover) dengan mengerahkan pesawat tempur Sukhoi dan helikopter Mi-24 Hind buatan Rusia.

Walaupun sebenarnya jumlah pesawat tempur Irak yang terbang sangat terbatas pengaruh terhadap musuh (detterent effect ) sangat besar.

(Baca juga: Perang Teluk, saat Tentara Amerika Menjadi Kaya karena Dimanjakan oleh ‘Perang’ Sponsor)

Untuk pertempuran selanjutnya invasi Irak ke Kuwait, lebih banyak ditentukan oleh kekuatan massif angkatan daratnya.

Serbuan dari darat dan udara memang membuat Kuwait kewalahan.

Namun demikian rudal-rudal darat ke udara, surface to air, yang diluncurkan AU Kuwait masih sanggup merontokkan 23 pesawat tempur Irak dari berbagai jenis.

Akhirnya karena kehabisan rudal SAM, Kuwait dalam sehari berhasil dikuasai Irak sedangkan para personel yang bertugas sebagai operator rudal dan sejumlah pilot Kuwait memilih kabur menyelamatkan diri ke Arab Saudi.

\Invasi Irak ke Kuwait yang berhasil dilancarkan dalam tempo singkat disamping mencerminkan sukses tempur tentara Irak, imbasnya juga mengejukan dunia.

Karena Irak ternyata berambisi menguasai seluruh Jazirah Arab. Atas nama PBB, AS dan koalisinya cepat-cepat merancang operasi gabungan untuk menyelamatkan Kuwait. Digelarlah Operation Desert Shield disusul Operation Desert Storm.

Mengingat untuk menghancurkan kekuatan Irak dan meminimalkan jumlah korban hanya bisa melalui serbuan udara besar-besaran, terencana dan terarah, AS segera mengerahkan pesawat-pesawat tempur canggih yang dimilikinya.