Penulis
Intisari-online.com - Seorang pria muda yang sedang mengalami masalah karier di kantornya tercenung.
Dia khawatir tentang masa depannya yang penuh ketidakpastian. Kekhawatiran tersebut terus membubung hingga ia tak enak makan dan tak pulas tidur.
Akhirnya pria tersebut memutuskan cuti sejenak untuk pulang kampung. Menemui ayah tercinta yang serupa lautan teduh baginya.
“Ada apa anakku, kenapa kamun mendadak pulang ke rumah?” tanya sang ayah sambil memberikan peluk hangatnya.
“Aku khawatir dengan masa depanku, ayah,” jawab sang anak.
(BACA JUGA:Petir Terganas di Dunia Ada di Indonesia Lo! Ini Dia Lokasinya)
Sang ayah tersenyum dan menyuruh si anak duduk di sampingnya. Kemudian, ia memulai ceritanya.
“Di dunia ini, kebanyakan manusia mengorbankan kesehatannya untuk uang, lalu ia mengorbankan uangnya untuk kesehatan. Mereka juga selalu khawatir terhadap masa depannya. Akhirnya, mereka tidak hidup untuk masa depan maupun masa kini,” ujar sang ayah.
Si anak pun jadi bertambah resah. Ia bertanya apa yang mesti dilakukan oleh para manusia itu.
"Sederhana saja. Jangan sombong karena kaya dan berkedudukan. Jangan minder karena miskin dan hina. Bukankah kita semua hanyalah tamu dan semua milik kita hanyalah pinjaman?” jawab sang ayah.
"Maka dari itu tetaplah bersyukur dalam segala keadaan apa pun dan hiduplah di saat yang benar-benar ada dan nyata untuk kita, yaitu saat ini. Bukan dari bayang-bayang masa lalu maupun mencemaskan masa datang yang belum lagi tiba.”
“Terakhir, kamu mesti paham, anakku. Bahwasanya, ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan,” tegas sang ayah sambil menegakkan bahu anaknya.
(BACA JUGA:Tahi Lalat Pembawa Berkat)