Feng Shui, Antara Rasio dan Sugesti

Moh Habib Asyhad

Penulis

Meski ada yang sekadar memakainya untuk menambah rasa percaya diri, feng shui masih diyakini berbagai kalangan, dari rakyat sampai konglomerat.

Intisari-Online.com – Misteri kematian bintang kungfu legendaris Bruce Lee sering kali dihubungkan dengan hukum feng shui. Sebagian gedung perkantoran di Jakarta pun dibangun menurut perhitungan ini.

Meski ada yang sekadar memakainya untuk menambah rasa percaya diri, feng shui masih diyakini berbagai kalangan, dari rakyat sampai konglomerat. Berikut laporan wartawan Intisari L.R. Supriyapto Yahya.

“Sepi benar. Kadang-kadang saya nggak dapat uang selama berhari-hari," ungkap Iwan, seorang pedagang di sebuah plaza di Jakarta.

Padahal letak tempat usaha strategis, barangnya juga berkelas. Semula ia menduga ini dampak kebijaksanaan uang ketat.

(Baca juga:Seorang Suami Merencanakan Pernikahan Kedua Bagi Istrinya Setelah Kecelakaan yang Menimpanya)

Sebelum Iwan, lokasi itu pernah ditempati pedagang dari Surabaya, yang kemudian bangkrut.

"Mungkin tempat ini kurang baik feng shui-nya, sehingga usahamu sulit berkembang. Coba, minta bantuan ahli feng shui," kata teman dekatnya.

Iwan memang tidak percaya pada hal-hal semacam itu. Ia menata kembali barang dagangannya, mungkin kurang sempurna, sehingga tidak menimbulkan minat bagi calon pembeli.

Untuk keharmonisan

Dua bulan telah lewat, tapi kelesuan usahanya tetap tidak berubah. "Apa salahnya kalau aku coba," pikir Iwan.

Menurut ahli feng shui, pintu tokonya yang menjadi penyebabnya, karena tidak menghadap ke arah yang tepat, sehingga tidak bisa menjaring pembeli. Setelah diperbaiki, kini usahanya lancar.

Benarkah ahli feng shui bisa mengubah keadaan yang buruk menjadi sebaliknya? Menurut seorang ahli feng shui yang tidak mau disebut namanya, kita panggil saja Pak Hendra (63), orang sebaiknya harus tahu dulu arti feng shui sesungguhnya, karena cakupannya cukup luas.

"Feng itu termasuk angin, udara, sinar matahari; sementara shui meliputi bumi dan tanah."

Sedangkan menurut Derek Walters dalam Chinese Geomancy, arti feng shui sudah tercermin dari katanya sendiri. Feng artinya angin dan shui artinya air dari awan yang dibawa oleh angin ke seluruh dunia. Jika kedua kata itu digabung akan menunjukkan iklim.

Hal senada juga dikemukakan oleh Gunawan, seorang pengamat feng shui yang juga direktur di sebuah perusahaan besar.

"Manusia itu harus menyesuaikan diri dengan alam, supaya bisa hidup secara wajar, harmonis, serasi, dan selaras. Prinsip-prinsip feng shui itu ada yang betul dan rasional, tapi ada juga yang hanya sugesti."

Selama ini jika mendengar kata feng shui orang selalu mengacu ke Cina, yang dianggap sebagai asal mula feng shui, padahal menurut Gunawan, ada juga aliran feng shui dari Jepang dan beberapa negara lain yang berdekatan dengan Cina.

Jadi, tak heran kalau terdapat banyak aliran.

(Baca juga:Terima Kasih Media Sosial, Berkat Facebook Perempuan Ini Bisa Temukan Lagi Cincin Pernikahannya yang Hilang di Gurun)

Tapi benarkah yang dialami Iwan itu semata-mata karena feng shui?

"Bohong, kalau feng shui bisa mengubah sesuatu itu 100%. Paling-paling 50%, sementara 50% lagi tergantung pada hoki orangnya," kata Liuk Chi Tsi (69), yang lebih dikenal dengan nama Sinse Selamat.

Feng shui yang kadang-kadang disebut fung shui atau hong shui bukan hal baru di Indonesia. Selama ini lebih banyak digunakan untuk rumah, perkantoran, atau tempat usaha. Tapi ada juga feng shui untuk orang mati.

Malu mengaku

Jika pengguna feng shui keturunan Cina, hal itu tidak aneh. Tetapi kini banyak orang bukan keturunan Cina pun memanfaatkan feng shui dalam usahanya.

Menurut Hendra, hal itu karena semakin banyaknya orang non-Cina bergaul rapat dengan orang Cina sehingga secara tidak langsung ikut terpengaruh oleh kebudayaan itu.

"Feng shui ini membuat orang semakin percaya diri, ya semacam sugestilah. Karena dalam bisnis, jika memilih waktu, tempat, dan arah yang tepat, kita akan bisa mengambil keputusan yang tepat," kata Gunawan yang juga sering memanfaatkan jasa ini.

Dari hari ke hari penggguna feng shui ini semakin banyak, meski umumnya mereka tidak mau berterus terang. Mungkin mereka takut dianggap percaya pada takhyul.

(Baca juga:Wah, Akan Ada Wedding Underwater di Kawasan Pantai Tanjung Benoa)

“Penggunanya tersebar di berbagai lapisan masyarakat,” kata Gunawan, “dari golongan bawah sampai para taipan kelas kakap.”

Tapi yang menganggap feng shui hanya sebagai pelengkap pun tak kurang jumlahnya. Kelompok ini umumnya lebih berpegang pada ketajaman feeling-nya. Contohnya, Ir. Ciputra, dari Jaya Grup.

“Kadang, seperti suplemen hal seperti itu saya pakai juga. Tapi tidak selalu, dan menurut saya itu bukan hal yang utama,” katanya (Warta Ekonomi, 3 Februari 1992).

Feng shui juga dipercayai oleh para pejabat tinggi suatu negara. Contohnya, pada tanggal 9 Januari 1993, Reuters melaporkan, Presiden Filipina Fidel Ramos akan memeriksa laporan dan saran ahli feng shui mengenai 3 hal yang dianggap sebagai penyebab berbagai kemalangan yang menimpa negara itu.

Ketiga sumber itu: 3 pohon di halaman depan Istana Malacanang yang diduga memblokir energi kosmik; singa laut pada simbol kepresidenan dengan ekor bengkok pembawa sial yang dikelilingi oleh bintang yang berarti kegelapan, dan lembaran 500 peso terbaru yang memuat 13 bintang yang melambangkan 13 orang dan angka 500 muncul sebanyak 13 kali.

Kabarnya, di Cina sendiri kepercayaan pada feng shui, sudah meluntur, bahkan semakin ditinggalkan. Apalagi sejak Revolusi Kebudayaan, segala macam kepercayaan yang berbau takhyul diberantas.

Tapi di luar Cina, seperti di Hong Kong, Taiwan, Singapura, Filipina, dan Inodnesia, oleh mereka yang percaya feng shui dianggap mutal perlu jika ingin sukses dalam bisnis.

“Rasanya, lebih mantap jika sudah meminta nasihat ahli feng shui ini,” kata seorang pengguna jasa ini.

Di Hong Kong, yang namanya feng shui sangat diyakini orang. Tanpa ini orang di koloni Inggris itu percaya bisnis mereka akan mengalami hambatan.

(Baca juga:8 Lokasi Unik Ini Ternyata Bisa Dimanfaatkan untuk Pernikahan (2))

Sebagai contoh, pembangunan Gedung Hongkong dan Shanghai Banking Corporation sempat memusingkan sang arsitek, karena sampai dua kali harus mengajukan gambar.

Rencana pertama ditolak karena feng shui-nya dianggap tidak cocok, bahkan beberapa bagian dari rancangan itu justru tidak selaras. Kalau ini dipaksakan, diartikan aliran uang mungkin akan teralang masuk.

Akhirnya Norman Faster, si arsitek, berhasil membuat rancangan kedua dengan saran intensif dari peramal, a.l. pintu masuk Des Voeux Road dibuat cukup besar, sehingga naga laut, makhluk yang berkuasa dalam feng shui, dapat keluar-masuk dengan leluasa.

Selain itu, salah satu bagian dari dinding depan dibuat tertutup sama sekali supaya kejahatan tidak masuk. Feng shui juga menentukan sudut-sudut antara tangga jalan dari lantai satu ke ruang pelayanan bank yang luas.

Menurut ahli feng shui, uang harus diurus di lantai dua ke atas. Soalnya, tidak baik kalau orang bisa melihatnya dari luar. Selain itu gedung ini masih “dijaga” oleh dua ekor singa perunggu, Stitt dan Stephen, yang juga dianggap baik menurut feng shui.

Tapi, bagaimanakah jika sudah bertanya pada ahli feng shui tapi tidak dijalankan? “Sebaiknya kalau tidak percaya jangan bertanya,” kata Selamat singkat.

Apakah artinya, jika saran ahli itu tidak dilaksanakan akan menimbulkan bahaya? “Kalau berhenti sampai tidak percaya saja tidak apa-apa,” kata Gunawan, “tapi manusia ‘kan biasanya mudah terpengaruh, apalagi jika kebetulan mendengar sesuatu yang buruk, seperti sait, mati, bangkrut, dsb.”

Tusuk sate belum tentu sial

Selain toko atau tempat usaha, perhitungan feng shui juga dipakai untuk membangun tempat tinggal. Menurut Hendra, rumah yang baik tidak terletak di tempat yang sering kali disebut tusuk sate.

Yakni, rumah yang di depan dan di belakangnya diapit oleh dua buah jalan secara tegak lurus, persis seperti sate.

Dalam hal ini pendapat Selamat agak berbeda. "Rumah tusuk sate pintu utamanya langsung menghadap jalan secara lurus," kata ayah 16 anak (13 anak kandung dan 3 anak angkat) ini.

Tusuk sate dalam pengertian Selamat, disebut Hendra tubruk jalan. Mengapa orang menganggap rumah seperti ini buruk atau membawa sial?

Mereka sepakat mengatakan bahwa rumah seperti ini dianggap berbahaya, karena jika kebetulan ada mobil dalam keadaan kencang dan tak terkendali, tentu akan menabrak rumah ini.

Meskipun orang jarang yang mau punya rumah dengan posisi seperti itu, "Tapi ada orang tertentu yang rezekinya baik justru dengan menempati rumah semacam itu. Tapi dari 10, paling 2 orang," jelas Selamat.

Selain "itu, "Tanahnya harus tanah asal, kering, bukan bekas timbunan sampah (karena bisa menimbulkan gas berbahaya), di bawahnya tidak ada mata air, atau lembap. Kalau kebetulah tanahnya urukan, haruslah diuruk yang benar," kata Hendra.

"Rumah itu juga harus simetris, jangna aneh-aneh bentuk dan pembagiannya.”

Mengapa rumah harus lebih tinggi dari jalan? "Agar di musim panas debu tidak cepat masuk, semehtara di musim hujan air tidak tumpah seluruhnya ke rumah sehinggga rumah seperti akan hanyut," jelas Hendra.

Sarannya yang lain, agar lantai rumah itu rata atau boleh di bagian dalamnya agak naik. Tapi jangan malah bagian dalam lebih rendah daripada bagian depannya.

"Untuk rumah semacam ini ada kepercayaan bahwa si bapak yang membelinya, tapi si anaklah yang akan menjualnya," kata ayah 5 anak yang mengaku belajar feng-shui dari seorang guru.

Logika ikut berperan

Bagaimanakah jika kita ingin membahgun rumah di tanah yang kebetulan miring.

“Tanah boleh saja miring, tapi rumah harus simetris. Kalau kebunnya miring tidak apa-apa," kata Hendra.

Rumah yang bagian belakangnya lebih besar daripada bagian depannya dianggap membawa rezeki, karena seperti kantung penyimpan uang.

Selain rumah tusuk sate, rumah yang di bagian belakangnya ada sungai pun sering dihindari orang. "Rezeki kita akan hanyut," kata orang yang percaya betul pada hal itu.

"Rumah semacam itu jarang dipilih orang; selain terlalu lembap, juga berbahaya bagi anak kecil, bisa-bisa tercemplung," jelas Hendra dengan logis.

Konon pintu rumah yang persis berhadapan dengan pintu rumah di seberangnya akan menimbulkan permusuhan di antara kedua keluarga, karena terjadi rebutan hoki, dsb.

Rumah sebaiknya menghadap ke Timur, bukan ke Barat. "Kalau menghadap ke Barat, yang kebagian matahari pagi bagian belakang rumah. Bagian muka disinari matahari sore. Di malam hari rumah masih terasa panas. Tak heran, karena tidak nyaman orang akan mudah marah, tersinggung, dsb. Jadi bukan karena ada sesuatu yang aneh di situ,” kata Hendra yang lebih menganggap feng shui itu sebagai ilmu alam.

Menggarap tanah kosong tentu lebih mudah dibandingkan dengan bangunan yang sudah jadi. Namun, bangunan yang sudah berdiri pun masih bisa diakali.

Misalnya; rumah yang pintu depannya lurus ke pintu belakang bisa disekat dengan lemari pajangan, atau salah satu pintunya dipindahkan.

Rumah tusuk sate, pintunya dipindahkan ke samping, sehingga meminimalkan ditabrak kendaraan. Memasarig cermin (biasanya bersegi delapan dan disebut patkwa), akan memantulkan bahaya yang akan menyerang.

Apakah untuk terjun ke lapangan seorang ahli feng shui harus melakukan persiapan khusus selain berbekal lo p’an (kompas Cina), meteran, dan benang (yang terakhir ini jika yang akan digarap tanah kosong, sehingga bisa diperoleh titik tengahnya)?

"Sebelum berangkat biasanya saya bersembahyang dulu kepada Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih, Red.)," kataSelamat terus terang.

Sekembali dari lokasi yang akan digarapnya, ia bersembahyang kembali dan menunggu inspirasi untuk memperoleh gambaran yang tepat.

Kalau Hendra biasanya hanya melakukan sembahyang secara simbolik di lokasi, dengan maksud, "Permisi kepada penunggu tempat itu, agar pekerjaan saya berjalan lancar."

Setelah itu ia baru mengukur denah, sirkulasi udara, sinar matahari dsb."Saya hanya minta mengubah yang penting-penting saja,” sambungnya.

Hal itu juga diterapkan oleh Gunawari. "Dalam menerima hasil akhir ahli feng shui saya selalu menyaring lagi apa yang menurut saya perlu. Kalau semuanya diikuti, akan merepotkan dan menguras isi kantung. Jadi, logika juga ikut berperan."

Orang Barat sampai sekarang mungkin masih bingung, tapi tidak demikian dengan orang Cina di Hong Kong.

Menurut mereka, patkwa milik Bruce Lee tersapu angin taifun Dot yang menyerang Hong Kong beberapa saat sebelum kematiannya. Nah, gara-gara itulah Bruce menjadi lemah dan akhimya meninggal.

Lahir, tumbuh, tua sakit, atau mati?

Soal feng shui ini sering memusingkan kontraktor atau developer. Peminat yang kebetulan percaya pada feng shui, biasanya akan menghitung dulu jumlah anak tangga yang ada di tempat yang, ditawarkan, misalnya ruko.

KaIau kebetulan 3, 4, atau 5 berikut kelipatannya, umumnya tidak jadi, minta ditambah atau dikurangi. Dalam kepercayaan Cina angka 1 - 5 itu ada artinya sendiri-sendiri.

Angka 1 berarti lahir, 2 tumbuh, 3 tua, 4 sakit, dan 5 mati. Jadi, kalau kebetulan tangganya berjumlah 15, bagi yang percaya, ya sama saja cari mati.

Selamat, Hendra, maupun Gunawan sepakat, bahwa, "Dari 5 itu yang boleh dipakai hanya dua yang pertama dengan pengulangannya."

"Kalau kurang, bisa ditambahi dengan 1 tangga yang tingginya tidak mesti sama," kata Selamat.

Untuk menyelesaikan perhitungan teng shui Selamat minimal butuh waktu 2 minggu.

Sementara Hendra kalau waktunya memungkinkan akan menyelesaikannya saat itu juga. Kalau tidak sempat ia bisa menginap beberapa hari di suatu tempat atau dibawa pulang.

Beberapa bangunan yang digarap Selamat, a.l. sebuah gedung perkantoran megah di JI. S. Parman, sebuah perusahaan rekaman di Glodok; keduanya di Jakarta, dan hotel di Malang.

Sementara Hendra menyebutkan 2 contoh yang sudah ditanganinya: sebuah kompleks pertokoan mewah di Blok M, Jakarta, dan sebuah plaza di Surabaya. Kini ia sedang menghitung feng shui sebuah hotel di Jl. M.H. Thamrin, Jakarta.

Untuk memperoleh sesuatu yang baik berdasarkan feng shui ini umumnya orang mau mengeluarkan biaya berapa pun. Mahal-murahnya biaya ini tergantung pada top tidaknya pemberi saran itu, bangunan apa yang digarap.

Menurut seseorang yang pernah menggunakan jasa Hendra, untuk rumah biasa Hendra mengutip Rp 100.000,-. Untuk gedung perkantoran dsb. harganya tentu lain.

"Disesuaikan dengan kondisi orang itu dan tempatnya," kata Hendra yang selain sudah keliling Indonesia sering diminta jasanya sampai ke Singapura. Selain itu ongkos dan akomodasi ditanggung si pengundang.

Tapi Selamat mengajukan syarat pembayaran yang agak unik. "Jumlah uang yang saya terima harus berakhir dengan angka 8, misalnya Rp108.000,-, Rp 1,8 juta dsb: Angka 0 sama sekali tidak berpengaruh."

Alasannya? "Begitulah ajaran yang saya peroleh dari leluhur saya," katanya.

Menurut Hendra hal itu semata-mata untuk lebih meyakinkan konsumennya. "Karena agak berbau mistis," katanya tanpa bermaksud menyudutkan pihak lain.

"Angka 8 bagi orang Cina dianggap baik, karena tidak terputus, sehingga diasosiasikan, uangnya tidak akan lari ke mana-mana alias akan berputar di situ-situ saja," sambung Gunawan.

Kabarnya, seorang ahli feng shui top dari Hong Kong menghitung tarifnya per meter persegi luas bangunan yang akah digarapnya, @ AS $ 10.

Hal serupa juga emah dilakukan seorang ahli feng shui di Jakarta beberapa tahun lalu.

Apakah ada kemungkinan orang memanfaatkan kesempatan ini untuk memperoleh uang dengan mengaku ahli dalam masalah feng shui?

"Kita 'kan cari makan masing-masing, tidak saling ganggu. Kalau memang benar ada yang melakukannya, silakan tanggung sendiri," kata Hendra.

Menurut Gunawan, ia belum menjumpai hal seperti itu. "Paling-paling ada perbedaan tinggi rendahnya ilmu, yang dikudsai."

Sebenarnya feng shui ini bisa dipelajari. "Saya juga mengerti feng shui karena sering rnembaca dan bertukar pikiran," kata Gunawan.

Hal ini memang memungkinkan, karena sekarang banyak buku tentang feng shui ditulis oleh para ahlinya dalam bahasa Inggris. Tapi kalau kita menguasai bahasa Mandarin akan lebih membantu.

Soal feng shui ini memang boleh dipercaya atau tidak, tapi ada satu hal yang mesti diyakini bahwa feng shui bukanlah cara untuk menjadi kaya, namun hanya untuk mengubah atau meminimalkan sesuatu yang buruk, sehingga menciptakan kesejahteraan bagi pemakainya, misalnya sehat, harmonis, damai.

Kalau hal semacam itu bisa dicapai, tentu orang itu bisa bekerja dengan baik, sehingga berdampak bagi penghasilannya.

"Soal kaya-miskin sudah dari sononya. Tidak semua orang bisa kaya, tapi semua orang bisa saja bahagia," kata Hendra.

(Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1993)

Artikel Terkait