Find Us On Social Media :

Unit 731, Proyek Rahasia Militer Jepang untuk Memproduksi Senjata Biologi dan Menggunakan Manusia sebagai Kelinci Percobaannya

By Moh Habib Asyhad, Senin, 16 Oktober 2017 | 13:00 WIB

Unit 731 Jepang

Intisari-Online.com - Ketika Perang Dunia I berakhir pada tahun 1918, negara-negara yang semula terlibat perang dan berada di pihak yang kalah seperti Jepang dan Jerman merasa menjadi  korban yang paling dirugikan.

Perasaan kalah itu jelas menimbulkan rasa malu sekaligus memunculkan ambisi untuk  balas dendam. Layaknya orang ingin balas dendam segala macam cara pun ditempuh meskipun harus bertentangan dengan perikemanusiaan.

Pasca-PD I Jepang langsung mengalami depresi ekonomi dan untuk bangkit dari keterpurukan itu hanya ada satu cara yang bisa ditempuh: mengobarkan kembali  semangat Bushido (Samurai).

(Baca juga: Perang Dunia I Ternyata Disebabkan oleh Sepotong Sandwich, Benarkah?)

Semangat Bushido yang bisa teruji lewat peperangan mau tak mau  mengkondisikan Jepang menegakkan pilar militer dan dilanjutnya ekspansi militer ke wilayah terdekat.

Hanya dengan cara itu perasaan inferior dan balas dendam  akibat kalah perang bisa diobati. Keinginan balas dendam itu kemudian membuat baik Jepang maupun Jerman berubah menjadi negara militeristik dan siap mencaplok negera-negara tetangganya.

Jepang yang faktanya minim sumber daya alam mengalami banyak kesulitan ketika industri militer dan kebutuhan perekonomiannya sangat tergantung dari luar.

Selain minim sumber daya alam, jumlah personel militer  Jepang juga tidak besar sehingga ketika Jepang kemudian melakukan ekspansi wilayah  kekuasaannya pasti akan mengalami kesulitan untuk mengontrol setiap wilayah yang diduduki.

Untuk menguasai wilayah jajahannya militer Jepang selalu menerapkan disiplin dan kebrutalan. Tindakan brutal diperlukan karena jumlah personel  militer Jepang  yang sedikit harus mengontrol wilayah yang luas.

Dengan tindakan brutal negara yang sedang dijajah diharapkan enggan melakukan perlawanan.

Tapi aksi kebrutalan itu dirasa tidak cukup karena hanya mampu memberikan efek jera dalam jangka pendek.

 Maka untuk menghemat tenaga dan mengelola wilayah jajahan dalam jangka panjang secara efektif  mulai muncul pemikiran ekstrem dari sejumlah tokoh militer Jepang.