Find Us On Social Media :

Obat ‘Penyakit Abad Dua Puluh’ Bernama Terapiaroma: Sabar Karena Melati, Frustasi Terusir Karena Kenanga

By Ade Sulaeman, Jumat, 13 Oktober 2017 | 11:30 WIB

Intisari-Online.com – Aroma minyak murni berbagai tumbuhan ternyata bisa meredam nafsu amarah, mengatasi depresi, mengurangi kesedihan, mengobati kekecewaan, dan menangkal stres yang disebabkan karena gaya hidup modern masa kini.

Siapa tahu, kini saatnya Anda mencoba terapiaroma.

Suatu malam presiden ke-16 AS, Abraham Lincoln (1809 - 1865) duduk tepekur di kamarnya.

Sebagai kepala negara yang saat itu belum adikuasa ia toh senantiasa didera kelelahan psikis sampai mumet tujuh keliling menghadapi bermacam masalah yang muncul silih berganti setiap hari.

Dalam kegelisahannya ia menulis; "Barangkali akulah kini orang paling menderita yang pernah hidup. Seandainya derita ini dibagi rata kepada semua warga Amerika, bisa jadi tidak akan ada wajah-wajah cerah di negara ini. Rasanya hanya ada dua pilihan yang harus aku putuskan, mati atau menjadi lebih baik."

(Baca juga: Apakah Hubungan Rumah Tangga Anda Baik-baik Saja atau Justru Berada di Ujung Tanduk Akibat Stres?)

(Baca juga: Bingung Gimana Cara Mengahapi Stres? Cobalah Tips Menghilangkan Stres Dalam 20 Menit Ini)

Keluhan tertulis Lincoln itu kemudian terkenal dengan istilah "Penyakit Abad Dua Puluh" alias stres yang dalam perkembangannya justru lebih berbahaya daripada penyakit jenis apa pun yang sudah dikenal dunia kedokteran.

Betapa tidak? "Makhluk" yang namanya terdiri atas lima huruf itu bisa menyerang siapa saja dan dari kalangan mana pun.

Sebagian besar masyarakat sudah menyadari betapa stres dapat menjadi ancaman kesehatan yang serius.

Bahkan kalau berlangsung terus-menerus dalam waktu lama akan jadi pemicu datangnya rombongan penyakit berbahaya lain seperti kanker, hipertensi, atau jantung koroner.

Perwujudan stres bisa beraneka ragam seperti rasa gelisah, marah-marah tak beralasan, bertingkah kejam, atau malah lesu, letih secara emosi, ketakutan, dan masih banyak lagi.

Dalam taraf tertentu sebagian pakar menganggap stres memang perlu.